Kamis, 14 April 2011

BCCT (Beyond Center and Circle Time)

BCCT (Beyond Center and Circle Time)

RESUME
Institusi pendidikan untuk anak usia dini (PAUD) memerlukan metode pembelajaran yang mampu menciptakan lingkungan belajar yang nyaman bagi anak dan mampu merangsang seluruh aspek kecerdasan anak. Metode pembelajaran baru telah dikembangkan oleh Creative Center for Childhood Research and Training (CCCRT) di Florida, USA dikenal dengan nama metode Beyond Center and Circle Time (BCCT). Dalam pendekatan BCCT proses pembelajaran diatur dalam bentuk kegiatan yang ditujukan agar anak belajar dengan mengalami bukan hanya sekedar mengetahui ilmu yang ditransfer oleh guru. Pembelajaran berpusat pada anak dan peran guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan evaluator. Sehingga otak anak dirangsang untuk terus berfikir secara aktif dalam menggali pengalamannya sendiri bukan sekedar mencontoh dan menghafal saja.
Selain kualitas guru, tersedianya sarana dan prasarana, metode pembelajaran dalam suatu institusi pendidikan merupakan salah satu hal yang penting dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar. Penentuan metode pembelajaran yang sesuai dengan visi institusi pendidikan akan memudahkan bagi para pendidik untuk lebih memfokuskan pembelajaran di dalam kelas. Khususnya institusi pendidikan untuk anak usia dini (PAUD) memerlukan metode pembelajaran yang mampu menciptakan lingkungan belajar yang nyaman bagi anak dan mampu merangsang seluruh aspek kecerdasan anak.
Strategi belajar sambil bermain atau bermain sambil belajar telah diterapkan hampir diseluruh pusat PAUD karena memang bermain merupakan dunia anak dan media belajar yang baik untuk anak. Anak dapat belajar melalui permainan mereka sendiri. Pengalaman bermain yang menyenangkan dapat merangsang perkembangan anak baik secara fisik, emosi, kognisi maupun sosial.
Metode pembelajaran yang sinergis dengan strategi belajar sambil bermain atau bermain sambil belajar telah dikembangkan oleh Creative Center for Childhood Research and Training (CCCRT) di Florida, USA dikenal dengan nama metode Beyond Center and Circle Time (BCCT). Metode ini telah diterapkan di Creative Pre School Florida USA selama lebih dari 25 tahun, baik untuk anak normal maupun anak dengan kebutuhan khusus. Metode BCCT ini merupakan pengembangan metode Montessori, Highscope dan Reggio Emilio.
Konsep belajar yang dipakai dalam metode BCCT difokuskan agar guru sebagai pendidik menghadirkan dunia nyata di dalam kelas dan mendorong anak didik membuat hubungan antara pengetahuan, pengalaman, dan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sehingga otak anak dirangsang untuk terus berfikir secara aktif dalam menggali pengalamannya sendiri bukan sekedar mencontoh dan menghafal saja. Menurut Jean Piaget (1972), “anak- anak seharusnya mampu melakukan percobaan dan penelitian sendiri, guru tentu saja dapat menuntun anak-anak dengan menyediakan bahan-bahan yang tepat tetapi yang terpenting agar anak dapat memahami sesuatu, ia harus membangun pengertian itu sendiri, ia harus menemukan sendiri”.
Dalam pendekatan BCCT proses pembelajaran diharapkan mampu berjalan secara alamiah dalam bentuk kegiatan yang ditujukan agar anak belajar dengan mengalami bukan hanya sekedar mengetahui ilmu yang ditransfer oleh guru. Metode ini juga memandang bermain sebagai media yang tepat dan satu-satunya media pembelajaran anak karena disamping menyenangkan, bermain dalam setting pendidikan dapat menjadi media untuk berfikir aktif dan kreatif.
Pembelajaran yang berpusat pada anak dan peran guru hanya sebagai fasilitator,motivator dan evaluator merupakan ciri dari metode BCCT ini. Kegiatan anak juga berpusat pada sentra-sentra main yang berfungsi sebagai pusat minat yang memiliki standart operasional prosedur yang baku dan memiliki pijakan-pijakan dalam proses pembelajarannya.
Metode BCCT ini dapat dijadikan metode pilihan yang digunakan institusi pendidikan PAUD mengingat saat ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai fakta yang harus dihafal dan gurupun masih menjadi pusat pembelajaran atau informasi. Dengan penerapan metode BCCT, kecerdasan anak dapat dikembangkan secara optimal dan anak distimulus untuk menjadi anak yang aktif, kreatif dan berani. Anak dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, mengeluarkan ide-ide yang dimilikinya serta menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dialami. Sedangkan tugas guru hanya memfasilitasi agar informasi yang baru mereka terima lebih bermakna serta memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan dan menerapkan ide-idenya sendiri.
Bagaimana cara mempraktekkan metode BCCT ini di dalam kelas ? Metode BCCT diterapkan pada kelas yang telah dirancang dalam bentuk sentra-sentra, misal: Sentra persiapan, sentra bermain peran baik mikro maupun makro, sentra rancang bangun, sentra musik dan olah tubuh, sentra IT, sentra IMTAQ, sentra seni dan kreatifitas dan sentra sains. Setiap guru bertanggung jawab pada 10 – 12 anak saja dengan moving class setiap hari dari satu sentra ke sentra lainnya.
Ciri khusus yang dimiliki BCCT adalah empat pijakan, yaitu : pijakan lingkungan, pijakan sebelum bermain, pijakan saat bermain dan pijakan setelah bermain. Pijakan-pijakan ini harus diikuti oleh guru guna membentuk keteraturan antara bermain dan belajar. Dalam pijakan lingkungan, guru menata lingkungan yang sesuai dengan kapasitas dan keragaman jenis permainan anak. Pijakan sebelum bermain dilakukan guru dengan meminta anak untuk duduk membentuk sebuah lingkaran sambil bernyanyi, setelah berdo’a bersama guru menjelaskan kegiatan sentra dengan alat peraga yang telah dipersiapkan.
Selanjutnya guru bersama anak membuat aturan bermain yang disepakati bersama. Pijakan saat bermain merupakan waktu bagi guru untuk mencatat perkembangan dan kemampuan anak serta membantu anak bila dibutuhkan. Perlu dipahami bahwa didalam metode BCCT berlaku tiga jenis bermain.
Pertama, bermain sensorimotor atau fungsional yang memfungsikan panca indra anak agar dapat berhubungan dengan lingkungan sekitar. Bermain sensorimotor penting untuk mempertebal sambungan antar neuron.
Kedua, bermain peraan baik mikro maupun makro dimana anak diberi kesempatan menciptakan kejadian-kejadian dalam kehidupan nyata dengan cara memerankannya secara simbolik.
Ketiga, bermain pembangunan, Piaget (1962) menjelaskan bahwa kesempatan main pembangunan membantu anak untuk mengembangkan ketrampilannya yang akan mendukung keberhasilan sekolahnya dikemudian hari. Apabila ketiga jenis bermain tersebut dapat dilakukan oleh anak secara optimal memungkinkan adanya ketuntasan belajar dan perkembangan anak baik secara fisik, kognisi, emosi maupun sosial. Sehingga mereka dapat dengan mudah memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Pijakan yang terakhir adalah pijakan setelah bermain dimana anak dapat menceritakan pengalaman bermain mereka serta guru dapat menggali dan menanamkan pengetahuan pada anak.
erdasarkan survei yang telah dilakukan, pusat-pusat PAUD di Surabaya yang telah menggunakan metode BCCT ini kurang lebih hanya 25 % institusi saja. Namun praktek dilapangan yang sering terjadi adalah kurang maksimalnya realisasi perangkat-perangkat metode BCCT dengan baik. Oleh karena begitu penting dan bermanfaatnya metode BCCT ini dalam metode pembelajaran untuk PAUD, maka alangkah baiknya bila Dinas Pendidikan mengadakan diklat atau pelatihan bagi guru atau institusi yang memerlukan informasi mengenai metode ini. Dengan demikian pendidikan khususnya PAUD dapat berkembang secara optimal dan dapat memenuhi kebutuhan anak.

Dalam rangka hari guru 25 November, saya mencoba membuat synopsis buku tentang Guru. Saya memilih buku ini karena berisi tentang nilai-nilai penting yang menjadi ruh atau spirit pendidikan yang tampaknya mulai pudar dalam dunia pendidikan.,seperti kejujuran, keamanahan , keteladanan, etos kerja, maupun orientasi pendidikan itu sendiri. Selain itu buku ini juga menyoroti tentang peran guru yang sangat strategis dalam menyelenggarakan pembelajaran. Bahkan dapat dikatakan bahwa guru merupakan jantungnya pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Judul buku : GURU SEJATI: “Membangun Insan Berkarakter Kuat & Cerdas
Penulis : Prof.Dr.H.Muhammad Furqon Hidayatullah, M.Pd
Penerbit : Yuma Pustaka
Cetakan pertama : Februari 2009

Terpujilah wahai engkau Ibu Bapak Guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
S’bagai prasasti t’rima kasihku ‘tuk pengabdianmu

Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa.


Buku ini terdiri dari 11 Bab dengan 252 halaman, dilengkapi dengan contoh-contoh kejadian atau pengalaman tokoh-tokoh yang semakin menambah inspirasi buat para pembacanya.

Bab I Pendahuluan, Bab II Lagu, Tembang dan himne tentang guru, bab III tentang Pendidikan Karakter, Bab IV Bersyukur menjadi Pendidik (Guru), Bab V Mendidik sebagai amanah , bab VI Mendidik dengan keteladanan,Bab VII Mendidik dengan hati , Bab VIII Paradigma pembelajaran Bab IX Pendidik unggul, Bab X Berpikir dan bertindak tegas Bab XI Penutup yang berisi sub bab : A. Tujuan Pembelajaran dan Pendidikan, B. Membangun Budaya Kerja dan C. Profil Kinerja yang diharapkan.

Bab I , pendahuluan, bab II terdiri dari Lagu, tembang dan Himne. Kita akan memulai mengamati substansi buku ini dari Bab III yaitu tentang PENDIDIKAN KARAKTER.

1. Karakter
Karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang mebedakan dengan individu lain. Dengan demikian dapat dikatakan juga bahwa karakter pendidik adalah kualitas mental atau kekuatan moral, akhlak atau budi pekerti pendidik yang merupakan kepribadian khusus yang harus melekat pada pendidik.Seseorang dapat dikatakan berkarakter apabila telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat, melekat sebagai perilakunya serta digunakan sebagai kekuatan moral di dalam hidupnya.

2. Pentingnya Pendidikan karakter
UU Nomor 14 tahun 2005 tentang system Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa , berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Ada dua pendapat tentang pembentukan atau pembangunan karakter . Disatu sisi, berpendapat bahwa karakter merupakan sifat bawaan dari lahir yang tidak dapat atau sulit diubah atau dididikkan. Disisi lain, berpendapat bahwa karakter dapat diubah atau dididik melalui pendidikan.

Karakter dapat diubah melalui pendidikan . Hal ini sesuai dengan ayat Al Quran yang berbunyi : “ Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri sendiri… “(Ar Ra’d/13 :11)

Bab IV. BERSYUKUR MENJADI PENDIDIK (GURU)

1. Perwujudan bersyukur
  • Menerima secara positif profesi guru
  • Tidak dhalim terhadap profesi guru
  • Mengembangkan profesi guru

2. Orientasi bersyukur sebagai penuntut dan pengembang ilmu
  • Tanpa syarat
  • Tanpa batas waktu
  • Dilaksanakan sepanjang hayat
  • Satu-satunya kegiatan yang diperbolehkan “serakah”
  • Sifatnya wajib

3. Aktualisasi bersyukur
  • Manusia wajib
  • Manusia Sunnah
  • Manusia Mubah
  • Manusia makruh
  • Manusia haram

Bab V. MENDIDIK SEBAGAI AMANAH

1. Kejujuran : Jantungnya Amanah
Sifat amanah tidak dapat lepas dari sifat jujur. Dapat dikatakan bahwa kejujuran merupakan pilar utama dalam mengemban amanah. Dalam surat Al-Anfal /8 ayat 27 dinyatakan : ” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghianati amanat-amanat yang dipercaya kepadamu, sedangkan kamu mengetahui”. Tidak menghianati amanah ini merupakan bentuk komitmen dalam mengemban amanah, terutama berkaitan dengan kejujuran.

2. Upaya mengemban amanah

· Komitmen

Seorang pendidik harus memiliki komitmen yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya . Tanpa komitmen yang kuat, suatu tujuan tidak akan tercapai secara optimal , bahkan dapat menuai suatu kegagalan bahkan kehancuran. Ada 5 hal yang berkaitan dengan komitmen yang dapat dilakukan agar seorang pendidik dapat melaksanakan tugasnya sebagai pendidik yaitu :
  • Memiliki visi ke depan dan tekad dalam melaksanakan tugas mendidik.
  • Memiliki karakter, budi pekerti dan akhlak mulia
  • Mampu mengelola dan mengontrol diri dalam mendidik peserta didik
  • Mampu melakukan yang terbaik dalam mengembangkan potensi peserta didik
  • Bekerja keras dengan penuh pengabdian
· Kompeten

Guru yang kompeten akan memberikan kepercayaan diri kepada muridnya. Murid akan melihat gurunya sebagai sosok yang pantas dipercaya, tidak hanya dari kata-kata dan perbuatannya tetapi juga kompetensi atau keakhliannya. Seorang guru yang kompeten tentunya mampu menfasilitasi muridnya agar juga berkompeten, bahkan muridnya lebih berkompeten. Dalam PP no. 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan dinyatakan dalam Pasal 28 Ayat (3) bahwa : Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi :

  • Kompetensi pedagogik
  • Kompetensi kepribadian
  • Kompetensi sosial
  • Kompetensi profesional

· Kerja keras

Kerja keras merupakan modal yang sangat penting dalam memperbaiki dan mengembangkan sesuatu. Pada gilirannya, upaya kerja keras itu akan menumbuhkan tingkat kepercayaan dan keyakinan seseorang dalam mencapai atau menginginkan sesuatu.Orang yang bekerja keras akan selalu dapat memperbaiki keadaan, baik yang menyangkut dirinya maupun lingkungannya.

· Konsisten

Guru dalam mengemban tugasnya harus memiliki konsistensi, berarti selalu istiqomah, ajeg, fokus, sabar serta ulet. Guru yang selalu melakukan perbaikan secara terus menerus juga termasuk guru yang konsisten . Sebagaimana yang tertuang dalam kekuatan “teori Kaizen”, yaitu suatu konsep yang dianut oleh pabrik mobil Jepang : “Perbaikan yang kecil, tampak tak berarti, berkesinambungan, dan tanpa henti”

· Istiqomah

Guru harus isriqomah berarti ia harus teguh dalam memegang prinsip dan memiliki pendirian yang kuat. Guru yang dalam bekerja selalu mendasarkan pada norma, aturan, dan kaidah berarti termasuk orang yang istiqomah. Ia tidak mudah terpengaruh oleh lingkungannya tetapi sebaliknya ia justru mampu mempengaruhi lingkungannya. Dengan demikian ia dapat berperan sebagai agen perubahan.

· Ajeg

Guru harus secara ajeg melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi pekerjaannya. Ajeg yang dimaksud adalah secara terus menerus, berkesinambungan , tekun, rutin, dan secara teratur melakukan sesuatu dalam waktu relatif lama. Seorang guru yang selalu ajeg belajar maka ia akan selalu berkembang ilmunya. Berarti ia juga sekaligus menerapkan prinsip belajar seumur hidup.

· Fokus dan tuntas

Guru harus fokus pada bidang studi tertentu yang menjadi keahliannya sehingga ia memiliki konsentrasi kajian yang mendalam. Bearti ia menguasai bidang studi tertentu yang menjai tanggung jawabnya. Disamping fokus pada bidang kajian tertentu, maka ia juga harus mampu menyelesaikan pekerjaan secara tuntas. Artinya sebelum menginjak pada pekerjaan selanjutnya, ia mampu menyelesaikan pekerjaan secara akurat. Apalagi pekerjaan yang harus diselesaikan merupakan prasyarat bagi pekerjaan berikutnya.

· Sabar dan ulet

Guru yang konsisten, ia harus sabar dan ulet, ia juga harus mau dan mampu melakukan sesuatu dalam waktu relatif lama walaupun banyak cobaan, rintangan ataupun tantangan


Bab. VI MENDIDIK DENGAN KETELADANAN

Keteladanan hendaknya diartikan dalam arti luas, yaitu berbagai ucapan, sikap, perilaku yang melekat pada pendidik. Jika hal ini telah dilakukan dan dibiasakan dengan baik sejak awal, maka akan memiliki arti penting dalam membentuk karakter sebagai seorang guru yang mendidik. Keteladanan telah dilakukan oleh Nabi Muhammad dengan sangat berhasil, karena Muhammad SAW adalah : Guru manusia, guru bangsa, guru umat atau guru paripurna, bahkan dapat dikatakan sebagai guru multidimensi yang tiada taranya.

Ada 3 unsur agar seseorang dapat diteladani

· Kesiapan untuk dinilai dan dievaluasi

Kesiapan untuk dinilai berarti adanya kesiapan menjadi cermin bagi dirinya maupun orang lain. Kondisi ini akan berdampak pada kehidupan sosial di masyarakat karena ucapan, sikap dan perilakunya menjadi sorotan dan teladan.

· Memiliki integritas

Integritas adalah adanya kesamaan antara ucapan dan tindakan atau satunya kata dan perbuatan. Inti dari integritas adalah terletak pada kualitas istiqomahnya. Sebagai pengejawantahan istiqomah adalah berupa komitmen dan konsistensi terhada profesi yang diembannya.

· Pendidik yang dapat diteladani berarti dia juga dapat menjadi cermin orang lain.

Bab VII. MENDIDIK DENGAN HATI

1. Pentingnya hati
· Mendidik untuk mencari keridhaan Yang Maha Kuasa
· Mendidik merupakan tugas mulia
· Mendidik merupakan tugas utama guru

2. System keyakinan

BAB VIII . PARADIGMA PEMBELAJARAN

1. Fokus pembelajaran
2. Mengajar yang mendidik
3. Mengajar adalah belajar
4. Suasana pembelajaran
5. Pembelajaran yang menantang
6. Pembelajaran yang menyenangkan
7. Pembelajaran yang mendorong eksplorasi
8. Pembelajaran yang member pengalaman sukses
9. Pembelajaran yang mengembangkan kecakapan berpikir.

BAB IX. PENDIDIK UNGGUL

1. Penampilan terbaik : Posisi dan bahasa tubuh, gaya bicara dan expresi wajah dan cara berpakaian.
2. Sikap terbaik: Peduli sosial, menebarkan salam bijak dalam bicara santun dalam berbuat dan baik dalam bersikap .
3. Prestasi terbaik : Menjadi manusia terbaik, berkompetensi sehat, Bersegera bertindak.
4. Profil Paripurna: Sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam “Asmaul Husna”

Bab X . BERPIKIR DAN BERTINDAK CERDAS

1. Kecerdasan intelektual(Intelligence Quotient), Kecerdasan Emosi (Emotional Quotient), dan Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient)
2. Kecerdasan emodi-spiritual (ESQ)

BAB XI.PENUTUP

A. TUJUAN PEMBELAJARAN DAN PENDIDIKAN

Tujuan mengajar dan mendidik pada hakekatnya adalah :
1. Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan.
2. Menumbuhkan/menanamkan kecerdasan emosi dan spiritual yang mewarnai aktivitas hidupnya.
3. Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas pembelajaran.
4. Menumbuhkan kebiasaan dan kemampuan untuk berpartisipasi aktif secara teratur dalam aktivitas hidupnyadan memahami manfaat dan keterlibatannya.
5. Menumbuhkan kebiasaan untuk memanfaatkan dan mengisi waktu luang dengan aktivitas belajar.
6. Menumbuhkan pola hidup sehat dan pemeliharaan kebugaran jasmani.

B. MEMBANGUN BUDAYA KERJA

Komponen-komponen yang dijadikan acuan di dalam membangun budaya kerja adalah : (1) Komitmen (2) Kompeten (3) Kerja keras (4) Konsisten (5) Kesederhanaan

(6) Kedekatan (7) Pelayanan maksimal (8) Cerdas

C. PROFIL KINERJA YANG DIHARAPKAN.

Kinerja pendidik yang diharapkan dapat berpegang pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Senantiasa memegang komitmen dengan sungguh-sungguh dalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan pendidikan.
2. Senantiasa menjunjung tinggi martabat dan profesi guru.
3. Senantiasa melakukan yang terbaik dalam mengembangkan potensi peserta didik.
4. Senantiasa bekerja keras dengan penuh pengabdian.

Setelah membaca buku ini, kita semakin menyadari bahwa Guru merupakan profesi yang mulia, penuh pengabdian dan memiliki peran yang sangat bernilai dalam rangka menyiapkan SDM bangsa. Jadilah guru sejati , sukses mulia dunia dan akhirat, Amiiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar