Selasa, 26 Juli 2011

FASE PERKEMBANGAN MORAL

Perilaku Moral Dapat Dipelajari Melalui
}  Trial and Error
}  Pendidikan Langsung
}  Identifikasi dengan orang yang dikagumi
}  Konsep Moral adalah prinsip-prinsip benar atau salah dalam bentuk abstrak dan verbal
}  Konsep dasar dipelajari melalui :
a. Pemahaman tentang konsep benar dan salah dalam situasi khusus darimana konsep tersebut dipelajari
b. Menerapkan konsep moral (yang dipelajari di point a) tersebut pada situasi yang berbeda
c. Memahami konsep moral yang baik dan buruk dalam bentuk tindakan/perbuatan nyata. Contoh perilaku baik mematuhi ibu sedangkan contoh perilaku buruk adalah melawan ibu.
}  Dalam mempelajari konsep moral terdapat nilai-nilai moral. Nilai moral adalah konsep moral yang digeneralisasi dan mencerminkan nilai sosial
}  Nilai moral pada anak tidak statis, cenderung berubah dengan bertambah luasnya lingkup sosial anak.


Kendala Mempelajari Konsep Moral
}  Perkembangan Kecerdasan
}  Bentuk Pembelajaran
}  Perubahan Nilai Sosial
}  Bentuk-bentuk moral yang berbeda
}  Variasi dalam berbagai situasi
}  Konflik dengan tekanan sosial

Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Moral
}  Kurang tertanamnya jiwa agama pada setiap orang dalam masyarakat
}  Keadaan masyarakat yang kurang stabil
}  Banyaknya tulisan dan gambar yang tidak mengindahkan dasar moral
}  Tidak terlaksananya pendidikan moral yang baik
}   Kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan moral dasar sejak dini
}  Banyaknya orang yang melalaikan budi pekerti
}  Suasana rumah tangga yang kurang baik
}  Kurang adanya bimbingan untuk mengisi waktu luang
}  Kurangnya tempat layanan bimbingan.

Usaha-usaha Perkembangan Moral Pada Anak
}  Menumbuhkan kecerdasan moral pada anak
}  Sifat timbal balik pembinaan akhlak
}  Stimulasi perkembangan moral pada anak
a. anak harus dirangsang oleh lingkungan usaha-usaha yang aktif
b.  Menurut Erickson tahun-tahun pertama dari kehidupan anak, orang tua hendaknya menanamkan dasar mempercayai orang lain
c.   Perangsangan yang diberikan harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak
d. Rangsangan yang diberikan harus tepat waktu, orang tua harus proaktif atau menjalin hubungan yang erat dengan anak, berbicara dengan anak tentang masalah yang dialami sehari-hari.


 DOSEN FKIP PG PAUD :DEVI RISMA

Minggu, 10 Juli 2011

Apa Sih Isi Pikiran Bayi?


Tim peneliti menemukan fakta bayi menggunakan pengetahuannya untuk menebak-nebak kelanjutan suatu kejadian.

Penelitian yang dipimpin Josh Tenenbaum dari MIT menguji aspek kecerdasan alami bayi. Studi yang dipublikasikan di Science itu, menyelidiki kognisi bayi usia 3, 6, dan 12 bulan untuk mengetahui konsep anak usia itu mengenai dunia fisik kebendaan.



Elizabeth Spelke, psikolog profesional dari Universitas Harvard mengatakan, bayi punya prinsip abstrak tentang dunia material kebendaan.

Spelke mengamati bahwa bayi akan terkejut saat melihat ‘perilaku’ sebuah benda. Keterkejutan ini dapat diukur dari lama waktu yang mereka gunakan untuk mengamati benda tersebut. Semakin sebuah benda menunjukkan aksi mengejutkan, mereka akan semakin ingin melihat.

Misalnya, bayi usia 12 bulan diperlihatkan empat benda yang melompat-lompat dalam kotak, yaitu tiga benda biru dan satu warna merah. Ia dibiarkan melihat kejadian itu selama beberapa waktu, dan melalui rekayasa, tiba-tiba tutup lubang kotak terbuka dan satu benda melompat keluar lewat lubang.

Hasil penelitian itu menunjukkan, jika tutup lubang itu ditahan 0,04 detik, bayi akan terkejut melihat jauhnya lompatan benda itu ke luar kotak. Jika tutup itu ditahan lebih lama, yaitu dua detik, bayi tidak akan terkejut melihat jarak lompatannya.

Mereka akan terkejut jika yang melompat keluar adalah benda merah. Artinya, melalui pengamatan lebih lama, bayi akan mampu menebak bahwa suatu kejadian akan menampilkan kelanjutan peristiwa berbeda

Autisme, Suatu Penyakit Ataukah Kelebihan Pada Seseorang?

Suatu kelainan yang hingga sampai sekarang belum diketahui dengan pastinya penyebab dari penyakit ini. Ya, kelainan itu adalah 'Autisme' atau dengan kata lainnya adalah suatu kelainan fisik dari perkembangan jiwa seorang anak pada masa tiga tahun pertama setelah dilahirkan.

http://nbnl.globalwhelming.com/wp-content/uploads/2011/03/jake-barnett-450x300.jpg

Autisme menyebabkan seseorang yang menderitanya mengalami gangguan pada perkembangan kerja otaknya secara normal dalam kemampuan sosialitasnya dan juga kemampuannya dalam berkomunikasi dengan lawan bicaranya.


Penyebab, Faktor, dan Jenis Autisme

Seorang pakar kesehatan, Neil K. Kaneshiro, MD., MHA., menyebutkan bahwa 'Autisme adalah sebuah kondisi fisik yang berhubungan dengan kelainan secara biologis dan kinerja otak seseorang.'

Seorang bayi yang baru lahir tidak bisa divonis bahwa ia menderita autisme ketika lahir, karena kondisi ini hanya dapat diketahui ketika anak tersebut menginjak tahun kedua dalam hidupnya.

Kebanyakan orang tua menganggap bahwa anaknya tersebut menderita autisme dikarenakan pemberian vaksin dan juga obat-obatan yang telah menyebabkan anaknya menderita kelainan tersebut.

Namun, beberapa studi tentang autisme menyebutkan bahwa hal tersebut tidak benar adanya. Bahkan, The American Academy of Pediatrics dan The Institute of Medicine (IOM) juga membenarkan bahwa seorang anak yang terjangkit autisme bukanlah dikarenakan pemberian vaksin dan obat-obatan lainnya.

Akan tetapi, autisme lebih dikarenakan oleh kelainan pada kromosom anak tersebut dan juga permasalahan yang terjadi pada sistem saraf (neurological) dan juga faktor genetik atau keturunan dari anak tersebut.

Terdapat pula sumber yang mengatakan bahwa ada kecurigaan yang menyebabkan seorang anak menderita kelainan autisme namun hal tersebut belum terbukti kebenarannya, yaitu diet, keracunan merkuri, ketidakmampuan tubuh dalam mengkonsumsi vitamin dan mineral tertentu, sensitif terhadap jenis vaksin tertentu.

http://www.wessels-ib-support.nl/imagedump/autisme.jpg

Berdasarkan bukti yang ada, kebanyakan anak laki-laki yang menderita autisme dibandingkan dengan wanita dan terdapat beberapa jenis dari kelainan dalam perkembangan fisik dari seseorang itu sendiri, misalnya :

1. Asperger syndrome, layaknya autisme, namun perkembangan bahasanya normal.

2. Rett syndrome, berbeda dengan autisme, hanya dialami oleh wanita.

3. Childhood disintegrative disorder, kondisi yang sangat langka dimana sang anak hanya dapat melatih kemampuan belajarnya hingga umur sepuluh tahun saja, setelah itu ia akan kehilangan kemampuan yang telah dipelajarinya.

4. Pervasive developmental disoreder - not otherwise specified (PDD-NOS), yang disebut juga sebagai atypical autisme.


Gejala-gejalanya

Kelainan autisme hanya dapat diketahui ketika anak tersebut telah berumur dua tahun dan kebanyakan dari penderita autisme akan bertingkah seakan-akan ia memiliki dunianya sendiri tanpa menyadari kehadiran orang lain.

Kesulitan dalam berinteraksi sosial dengan lingkungannya, kemampuan bicaranya yang lambat dari orang normal, tidak dapat diajak berbicara dalam waktu yang lama, tidak ada kontak mata dengan lawan bicara, selalu mengulang kata yang telah diucapkannya, dan juga kesulitan berkomunikasi baik secara verbal maupun non-verbal.

Seorang anak penderita autisme memiliki tingkat kesensitifitasan yang melebihi dari manusia normal, khususnya indra penglihatannya, pendengaran, sentuhan, penciuman, ataupun rasa.

Hal ini ditunjukkan ketika mereka merasa terganggu dengan suara berisik maka ia akan menutup kedua telinganya erat-erat.

Mereka lebih menyenangi suatu hal yang itu-itu saja, penderita autisme akan lebih fokus pada suatu hal saja misalkan ia suka akan musik, maka ia akan lebih cepat mempelajari hal yang berhubungan dengan musik saja.

Melakukan gerakan yang sama berulang kali, menunjukan sesuatu ketertarikan yang berlebihan pada suatu objek tertentu.


Autisme, Kekurangan atau Kelebihan?

Mungkin kelainan autisme ini justru memberikan suatu kelebihan bagi sang penderitanya, hal ini terbukti dari kasus yang terjadi pada, Jacob Barnett, seorang anak yang berumur 12 tahun di Amerika yang dapat memecahkan teori 'Big Bang' (teori konsep rumusan matematika yang sangatlah rumit), dan setelah dilakukan serangkaian tes ternyata ia memiliki IQ melebihi Albert Einstein (170).

http://sundaytimes.lk/110327/images/Jacob-Barnett.jpg

Jacob mengidap Aspergers syndrome, Kristine Barnett, ibu dari Jacob sempat heran ketika anaknya tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun hingga ia menginjak usia dua tahun.

Akibat kelainan yang dideritanya tersebut, Jacob menjadi pengajar di Universitas Indiana. Ia mengajar tentang hal-hal yang berhubungan dengan dunia matematika (kalkulus, aljebra, geometri, dan trigonometri) yang mungkin bagi kita sendiri pelajaran tersebut sangatlah membosankan sekali.

http://thautcast.com/drupal5/images/jacobb.png

Tidak hanya itu saja, ia juga sedang mengembangkan teori relativitas dari Einstein saat ini.

Efek Psikologis pada Anak yang Sering Ditinggal Orangtuanya, serta Solusinya

Contoh kasus ini sangat jamak terjadi di kehidupan kita, karena itu kami sepakat mengangkat pertanyaan dari seorang pengunjung setia InfoAnak.com menjadi sebuah artikel agar bisa bermanfaat bagi pembaca yang lain.
Berikut ini cuplikan dari pertanyaan seorang Ibu:
Tetangga saya mempunyai seorang anak laki-laki baru berumur 3 tahun, Ayahnya maerantau ke Jakarta. Ibunya kerja di pabrik tidak jauh dari rumah. Setiap hari, anak tersebut ditinggal oleh orangtuanya. Otomatis kurang mendapat perhatian. Kira-kira apakah efek negatif yang akan dialami anak itu baik secara psikologi maupun perkembangan kecerdasan anak tersebut?
Jawab:
Anda orang  yang peduli dan perhatian sekali dengan anak, sungguh sangat menyenangkan mempunyai tetangga yang peduli dengan sesama.
Dengan sangat terbatasnya informasi, saya akan menjawab pertanyaan Anda.
Baik dan buruknya anak tergantung bagaimana orang tua mengasuh dan mendidik anak. Saat ini, karena sudah merupakan tuntutan banyak ibu yang bekerja, bahkan sampai keduanya berpisah kota hanya untuk memenuhi nafkah keluarga, seperti yang dialami oleh tetangga Anda. Namun keadaan yang terjadi bukanlah suatu akhir yang buruk, tetapi bagaimana kita bisa menyikapi secara positif dari segala keadaan.  Nah, untuk ibu yang bekerja, belum tentu akan berkibat buruk kepada anak, tetapi bagaimana orang tua mengasuh dan mendidik anaknyalah yang akan menentukan pertumbuhan dan perkembangan dari anak. Berkaitan dengan kasus tetangga anda, meskipun ayah berbeda kota dan ibu bekerja,   tetapi  jika hubungan dalam keluarga bisa saling mengisi, terutama ibu bisa berperan ganda untuk anak, maka kemampuan anak masih dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tahapan perkembangannya.
Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan ibu:
  1. Ketika ibu bekerja, siapakah pengganti dari ibu, karena peran pengganti figur ibu juga menentukan keoptimalan dari perkembangan anak. Untuk ibu perlu bekerja sama dengan pengasuh agar dapat  terus memantau pertumbuhan dan perkembangan anak. Ibu harus aktif mencari tahu segala informasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak.
  2. Ibu harus meluangkan waktu untuk memenuhi waktu yang hilang bersama dengan anak. Dengan demikian kedekatan emosional masih terus terjaga dan ibu bisa terus memberikan stimulus pada anak supaya pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang secara optimal.
  3. Anak yang tumbuh dengan sehat maka kemampuannya juga akan berkembang dengan baik, dengan kata lain anak yang sehat secara fisik maka kecerdasannya juga akan berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki.
  4. Kecuali jika ada kasus-kasus khusus pada anak, misalnya autis, hiperaktif, dll maka hal ini diperlukan penanganan khusus.
Untuk Anda yang baik hati, Anda dapat membantu tetangga Anda dengan memberikan dukungan untuk selalu memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak. Banyak sekali informasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak dan bagaimana kita merangsang pertumbuhan dan perkembangan agar anak dapat berkembang secara optimal. Untuk anaknya,  jika di lingkungan anda ada PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), maka akan lebih baik jika si anak diajak untuk ikut, karena disana ia akan belajar bersosialisasi dan mengembangkan keterampilannya sehingga dapat meningkatkan kecerdasan anak.
Selamat mencoba, terima kasih.

Sabtu, 02 Juli 2011

Pendidikan Holistik

Oleh : Akhmad Sudrajat
Pendidikan holistik merupakan suatu filsafat pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-nilai spiritual. Secara historis, pendidikan holistik sebetulnya bukan hal yang baru.
Pendidikan Holistik
Beberapa tokoh klasik perintis pendidikan holistik, diantaranya : Jean Rousseau, Ralph Waldo Emerson, Henry Thoreau, Bronson Alcott, Johann Pestalozzi, Friedrich Froebel dan Francisco Ferrer. Berikutnya, kita mencatat beberapa tokoh lainnya yang dianggap sebagai pendukung pendidikan holistik, adalah : Rudolf Steiner, Maria Montessori, Francis Parker, John Dewey, John Caldwell Holt, George Dennison Kieran Egan, Howard Gardner, Jiddu Krishnamurti, Carl Jung, Abraham Maslow, Carl Rogers, Paul Goodman, Ivan Illich, dan Paulo Freire.
Pemikiran dan gagasan inti dari para perintis pendidikan holistik sempat tenggelam sampai dengan terjadinya loncatan paradigma kultural pada tahun 1960-an. Memasuki tahun 1970-an mulai ada gerakan untuk menggali kembali gagasan dari kalangan penganut aliran holistik. Kemajuan yang signifikan terjadi ketika dilaksanakan konferensi pertama pendidikan Holistik Nasional yang diselenggarakan oleh Universitas California pada bulan Juli 1979, dengan menghadirkan The Mandala Society dan The National Center for the Exploration of Human Potential. Enam tahun kemudian, para penganut pendidikan holistik mulai memperkenalkan tentang dasar pendidikan holistik dengan sebutan 3 R’s, akronim dari relationship, responsibility dan reverence. Berbeda dengan pendidikan pada umumnya, dasar pendidikan 3 R’s ini lebih diartikan sebagai writing, reading dan arithmetic atau di Indonesia dikenal dengan sebutan calistung (membaca, menulis dan berhitung).
Tujuan pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demoktaris dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya (Basil Bernstein).
Jika merujuk pada pemikiran Abraham Maslow, maka pendidikan harus dapat mengantarkan peserta didik untuk memperoleh aktualisasi diri (self-actualization) yang ditandai dengan adanya: (1) kesadaran; (2) kejujuran; (3) kebebasan atau kemandirian; dan (4) kepercayaan.
Pendidikan holistik memperhatikan kebutuhan dan potensi yang dimiliki peserta didik, baik dalam aspek intelektual, emosional, emosional, fisik, artistik, kreatif, dan spritual. Proses pembelajaran menjadi tanggung jawab personal sekaligus juga menjadi tanggung jawab kolektif, oleh karena itu strategi pembelajaran lebih diarahkan pada bagaimana mengajar dan bagaimana orang belajar. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran holistik, diantaranya: (1) menggunakan pendekatan pembelajaran transformatif; (2) prosedur pembelajaran yang fleksibel; (3) pemecahan masalah melalui lintas disiplin ilmu, (4) pembelajaran yang bermakna, dan (5) pembelajaran melibatkan komunitas di mana individu berada.
Dalam pendidikan holistik, peran dan otoritas guru untuk memimpin dan mengontrol kegiatan pembelajaran hanya sedikit dan guru lebih banyak berperan sebagai sahabat, mentor, dan fasilitator. Forbes (1996) mengibaratkan peran guru seperti seorang teman dalam perjalanan yang telah berpengalaman dan menyenangkan.
Sekolah hendaknya menjadi tempat peserta didik dan guru bekerja guna mencapai tujuan yang saling menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting, perbedaan individu dihargai dan kerjasama lebih utama dari pada kompetisi.
Gagasan pendidikan holistik telah mendorong terbentuknya model-model pendidikan alternatif, yang mungkin dalam penyelenggaraannya sangat jauh berbeda dengan pendidikan pada umumnya, salah satunya adalah homeschooling, yang saat ini sedang berkembang, termasuk di Indonesia.