Senin, 16 Mei 2011

Kecerdasan Emosional


Pengertian Kecerdasan Emosi
 
Menurut Goleman (1999:7) Asal kata emosi adalah movere, kata kerja Bahasa Latin yang berarti “menggerakkan, bergerak”, di tambah awalan “e-” untuk memberi arti “bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi, emosi memancing tindakan dan akar dorongan untuk bertindak dalam menyelesaikan suatu masalah dengan seketika.
Menurut Goleman (2002:45) kecerdasan emosi merujuk pada kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, dan berempati.
Salovey dan Mayer (dalam Snyder & Lopez: 2003:513) mendefinisikan Kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk melihat, menilai, dan mengekspresikan emosi secara efektif, kemampuan memahami emosi, kemampuan untuk menggunakan perasaan untuk memandu kognitif dan tindakan dan kemampuan untuk mengatur emosi dalam diri sendiri dan orang lain.
Menurut Cooper dan Sawaf (dalam Mutadin, 2002:1) kecerdasan emosional adalah “kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi”.
Howes dan Herald (dalam Mutadin, 2002:1) mengatakan pada intinya, kecerdasaan emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi. Lebih lanjut dikatakannya bahwa emosi manusia berada diwilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasaan emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional merujuk pada sejumlah kemampuan dan ketrampilan sosial yang berhubungan dengan pengendalian dan pembinaan hubungan sosial dengan lingkungan, selain itu pengaturan diri dan cognitive inteligensi merupakan aspek penting dalam kecerdasan emosional karena dengan memahami diri dan orang lain, mengatur emosi dengan baik, individu dapat menyadari berbagai emosi yang dimilikinya dan yang dimiliki orang lain serta kekurangan dan kelebihannya sehingga ia mampu menggunakan kemampuan yang ada pada dirinya untuk menghadapi stimulus dari lingkungannya secara tepat termasuk stimulus yang dapat memunculkan perilaku aggressive driving.
Aspek-Aspek Kecerdasan Emosional
Berdasarkan pendapat Goleman (dalam Mutadin, 2002:1) membagi kecerdasan emosional dalam beberapa kemampuan atau aspek yaitu:
  1. Mengenali Emosi Diri yakni kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Pada tahap ini diperlukan adanya pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan psikologi dan pemahaman tentang diri.
  2. Mengelola Emosi. Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri.
  3. Memotivasi Diri. Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat ditelusuri melalui hal-hal sebagai berikut, cara mengendalikan dorongan hati, derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang, kekuatan berfikir positif, optimisme, dan keadaan flow (mengikuti aliran), yaitu keadaan ketika perhatian seseorang sepenuhnya tercurah ke dalam apa yang sedang terjadi, pekerjaannya hanya terfokus pada satu objek
  4. Mengenali Emosi Orang Lain. Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain.
  5. Membina Hubungan Dengan Orang Lain. Membina hubungan dengan orang lain merupakan keterampilan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. Tanpa memiliki keterampilan seseorang akan mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial.
  6. Sedangkan menurut Solovey dan Mayer (dalam Snyder & Lopez, 2002:162)  ada empat model kecerdasan emosional yakni :
  7. Persepsi dan Ekspresi Emosi yakni mencakup kemampuan untuk mengidentifikasi emosi seseorang baik fisik dan psikologis, mengidentifikasi emosi pada orang lain, mengekspresikan emosi secara akurat dan untuk mengungkapkan kebutuhan yang berhubungan dengan orang lain, dan kemampuan untuk membedakan antara perasaan yang  jujur dan perasaan tidak jujur.
  8. Fasilitasi Pemikiran Emosional (Menggunakan Kecerdasan Emosional) yakni kemampuan untuk mengarahkan dan berpikir berdasarkan perasaan yang terkait, kemampuan untuk menghasilkan penilaian emosi, kemampuan untuk memanfaatkan perubahan suasana hati untuk menghargai orang lain, kemampuan untuk menggunakan keadaan emosional untuk memfasilitasi pemecahan masalah dan kreativitas.
  9. Memahami Emosi yaitu kemampuan untuk memahami hubungan antara berbagai emosi, memahami penyebab dan konsekuensi dari emosi, memahami perasaan secara kompleks, memadukan emosional, serta kemampuan untuk memahami transisi antara emosi
  10. Manajemen Emosi yaitu kemampuan untuk secra terbuka menyatakan perasaan baik menyenangkan dan tidak menyenangkan,kemampuan untuk memonitor dan merefleksikan emosi, kemampuan untuk memahami emosi orang lain, serta kemampuan untuk mengelola emosi dalam diri sendiri dalam diri orang lain
    Dari gambaran tersebut tampak bahwa kecerdasan emosional merupakan suatu konsep di mana kecerdasan emosional berkaitan dengan kondisi emosi serta sangat berpengaruh terhadap kehidupan seseorang terutama dalam kehidupan sosialnya, bila individu yang mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi akan dapat mengatasi berbagai masalah dan mencapai berbagai tujuan sehingga ia dikatakan berhasil dalam hidupnya.
    Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek kecerdasan emosional meliputi kemampuan mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain atau empati, keterampilan sosial, kesadaran diri dan pengaturan diri.
    1.        Ciri Orang Yang Mempunyai Kecerdasan Emosional Tinggi
    Orang yang sukses dalam pekerjaan tidak hanya memiliki intelegensi yang tinggi, namun secara emosional mereka juga baik. Orang yang cerdas secara emosi akan bersikap tegas dan mampu mengendalikan perilaku sehingga terbebas dari perilaku-perilaku negatif. Kecerdasan emosional sangat sulit diukur dan sampai sekarang belum ada alat tes tunggal yang menghasilkan nilai kecerdasan emosional.
    Menurut Blok (dalam Goleman, 2002:60) seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi adalah secara sosial mantap, mudah bergaul dan jenaka, tidak mudah takut atau gelisah, mereka berkemampuan besar untuk melibatkan diri dengan orang lain atau permasalahan, berani untuk memikul tanggung jawab, mempunyai pandangan moral, mereka simpatik dan hangat dalam hubungan-hubungan mereka, kehidupan emosional mereka kaya tetapi wajar, mereka merasa nyaman dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan dunia pergaulan lingkungannya.
    Menurut Hawari (2003:20-22) yang mempunyai kecerdasan emosional tinggi adalah orang yang mampu mengendalikan diri, sabar, tekun, tidak emosional, tidak reaktif bila mendapat kritik, tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, lebih mengutamakan rasio daripada emosi, mempunyai sikap terbuka, transparan, menepati janji, jujur, dan satu kata dengan perbuatan.
    Dari uaraian diatas dapat disimpulkan bahwa ciri orang yang mempunyai kecerdasan emosional adalah mudah bergaul, tidak mudah takut, bersikap tegas, berkemampuan besar untuk melibatkan diri dengan orang lain, konsisten, tidak emosional, lebih mengutamakan rasio daripada emosi, dapat memotivasi dirinya sendiri dan lebih penting dapat memecahkan solusi dalam keadaan yang darurat.
    Manfaat Kecerdasan Emosional
    Pengendalian emosi sangat penting dalam kehidupan manusia karena melalui emosi yang terkendali maka bentrokan antara satu dengan yang lain sangat jarang sekali terjadi. Jika seseorang itu dapat mengenal, mengendalikan emosinya dan dapat menyalurkan emosi itu kearah yang benar dan bermanfaat, maka akan cerdas dalam emosinya. Dengan menggunakan aspek-aspek kecerdasan emosionalnya dengan baik, otomatis akan timbul sikap individu yang diharapkan tersebut.
    Perkembangan kecerdasan emosional ini berhubungan erat dengan perkembangan kepribadian dan kematangan kepribadian. Dengan kepribadian yang matang dapat menghadapi dan menyelesaikan berbagai persoalan atau pekerjaan, dan betapapun beban dan tanggung jawabnya besar tidak menjadikan fisik menjadi terganggu. Goleman (2002:48) menyatakan:
    “Orang yang cakap secara emosional, adalah mereka yang dapat mengetahui dan menangani perasaan mereka sendiri dengan baik, mampu membaca dan menghadapi perasaan orang lain dengan efektif, mereka ini memiliki keuntungan dalam setiap bidang kehidupan, entah itu dalam hubungan asmara dan persahabatan atau dalam menangkap aturan-aturan tak tertulis yang menentukan keberhasilan dalam politik organisasi.”
    Seperti yang dikatakan oleh Doug Lennick seorang executive vice president di Amerika Express Financial Services (dalam Goleman, 2003:36) bahwa yang diperlukan untuk sukses dimulai dengan ketrampilan intelektual, tetapi orang memerlukan kecakapan emosi untuk memanfaatkan potensi bakat mereka secara maksimal, jadi kecerdasan emosional dapat membantu seseorang dalam menggunakan kemampuan kognitifnya sesuai dengan potensi yang dimilikinya secara maksimum.
    Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa mereka yang secara intelektual cerdas boleh jadi sangat dibutuhkan untuk membuat perusahaan lebih bersaing, tetapi hal itu ada ganjarannya yaitu runtuhnya kepercayaan, ketidakpastian yang membuat panik, jarak yang lebih besar antara manajer dengan orang-orang yang dikelola, lumpuhnya kreativitas, sinisme, kemarahan yang bisa meledak-ledak, dan hilangnya loyalitas dan komitmen. Jadi sangat diperlukannya kecerdasan emosional untuk mengajarkan bagaimana meningkatkan kapasitas penalaran dan memanfaatkan dengan baik emosi kita, kebijakan intuisi dengan kekuatan dan kemampuan untuk berhubungan pada tingkat dasar dengan diri kita sendiri dan orang-orang sekitar kita.
    Jadi dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional merupakan aspek yang sangat dibutuhkan dalam mengemudi dan dalam kehidupan bermasyarakat, selain itu masih banyak manfaat kecerdasan emosional yang lain yang bisa diterapkan dalam kehidupan seharian kita, selain di lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan bermasyarakat. Selain itu kecerdasan emosionalah yang memotivasi kita untuk mencari manfaat, potensi dan mengubahnya dari apa yang kita pikirkan menjadi apa yang kita lakukan.
    Faktor-Faktor Kecerdasan Emosional
    Faktor yang dihasilkan oleh kecerdasan emosional sehingga menentukan dalam karier dan organisasi menurut Cooper & Sawaf (2002:12) adalah: kepemimpinan, pembuatan keputusan, terobosan teknis dan strategi, komunikasi yang terbuka dan jujur, teamwork dan saling mempercayai, loyalitas, kreativitas dan inovasi.
    Faktor kecerdasan emosional yang menentukan kesuksesan dalam perusahaan menurut Goleman (2003:487) adalah:
  • Keseimbangan antara aspek kemanusiaan dan aspek keuangan dalam agenda perusahaan.
  • Komitmen perusahaan terhadap suatu strategi dasar.
  • Prakarsa untuk merangsang peningkatan kinerja.
  • Komunikasi yang terbuka dan saling percaya diantara semua yang ikut berperan.
  • Membangun hubungan di dalam dan di luar yang menawarkan keunggulan kompetitif.
  • Kolaborasi, saling dukung, dan saling berbagi sumber daya.
  • Inovasi, keberanian mengambil resiko, dan kesediaan belajar bersama.
  • Gairah untuk bersaing dan terus memperbaiki diri.
Faktor utama yang menyebabkan turunnya kecerdasan emosional menurut Goleman (2003:468) adalah:
  1. Beban kerja yang berlebihan, peningkatan beban kerja mengurangi masa istirahat yang dibutuhkan untuk pemulihan. Habisnya cadangan energi dan daya dengan sendirinya berdampak buruk kepada mutu kerja.
  2. Kurangnya otonomi, membuat karyawan merasa tidak menghargai kemampuan mereka untuk menilai dan kemampuan lain yang sudah ada sejak semula.
  3. Imbalan yang tidak memadai, beban kerja berlebihan ditambah terbatasnya wewenang dan tidak terjaminnya kelangsungan pekerjaan yang mengakibatkan hilangnya kenikmatan dalam bekerja.
  4. Hilangnya sambung rasa, meningkatnya isolasi dalam lingkungan pekerjaan yang mengakibatkan merapuhnya hubungan dan kenikmatan yang timbul dari rasa kebersamaan berkurang.
  5. Perlakuan tidak adil, perlakuan ini dapat berupa ketidak adilnya besar upah untuk kenaikan antara atasan dengan bawahannya atau beban kerja, dan diacuhkanya pernyataan keberatan atau kebijakan-kebijakan yang arogan.
  6. Konflik nilai, ketidaksesuaian antara prinsip-prinsip seseorang dan tuntutan pekerjaan.
  7. Dari uraian diatas dapat disimpulakan bahwa faktor yang dihasilkan dari kecerdasan emosioanal adalah adanya  keseimbangan antara aspek kemanusiaan dan aspek keuangan dalam agenda perusahaan, komitmen perusahaan terhadap suatu strategi dasar, prakarsa untuk merangsang peningkatan kinerja, komunikasi yang terbuka, saling percaya diantara semua yang ikut berperan, membangun hubungan di dalam dan di luar yang menawarkan keunggulan kompetitif, kolaborasi, saling dukung, saling berbagi sumber daya, inovasi, keberanian mengambil resiko, kesediaan belajar bersama, gairah untuk bersaing dan terus memperbaiki diri.

Menghentikan Kebiasaan Buruk Anak

Anak-anak kadang mempunyai beberapa kebiasaan buruk yang terasa menjengkelkan bagi orang tuanya seperti kebiasaan menggigit kuku, menghisap ibu jari tangan, atau menarik-narik rambut.
Apapun kebiasaan buruk anak anda, anda tidak perlu merasa jengkel. Sebagian besar kebiasaan-kebiasaan tersebut merupakan suatu tahap dari proses perkembangan yang normal  dan tidak perlu terlalu dikhawatirkan.
Suatu hal yang menarik bahwa kebiasaan buruk tersebut biasanya timbul lebih dari satu macam pada seorang anak. Misalnya, seorang anak mungkin saja memiliki kebiasaan menggigit kuku serta menghisap ibu jari tangan.
Apa sebenarnya kebiasaan itu?
Kebiasaan menurut beberapa ahli dinyatakan sebagai suatu bentuk perilaku yang jelas dan diulang-ulang. Sebagian besar ahli juga menyatakan bahwa anak yang melakukan kebiasaan tersebut biasanya justru tidak menyadarinya. Tapi tidak demikian dengan orang-orang disekitarnya seperti orang tua atau saudaranya, mereka umumnya merasa terganggu dengan kebiasaan buruk si anak tersebut.
Kebiasaan buruk yang sering dimiliki oleh anak-anak adalah kebiasaan menggigit kuku. Menurut beberapa penelitian, sekitar 40% anak usia 5 sampai 18 tahun memiliki kebiasaan menggigit kuku, baik laki-laki maupun perempuan. Tetapi seiring dengan pertambahan usia, anak laki-laki cenderung untuk memiliki kebiasaan ini dari pada anak perempuan.
Sebaliknya dengan kebiasaan menarik-narik rambut, lebih sering dimiliki oleh anak perempuan. Kebiasaan menarik-narik rambut ini dapat timbul pada awal masa kanak-kanak dan bertahan sampai usia remaja.
Kebiasaan menghisap ibu jari tangan lebih sering ditemui dari pada kebiasaan menghisap jari tangan yang lain. Hal ini diduga karena anggapan anak-anak bahwa ibu jari tangan lebih “enak” dari pada jari tangan yang lain. Tapi ada juga dugaan lain yaitu karena ibu jari tangan lebih mudah dijangkau oleh mulut. Ada pula beberapa anak yang menghisap seluruh jari tangannya atau bahkan seluruh kepalan tangannya. Sebagian besar anak yang mempunyai kebiasaan menghisap ibu jari tangannya berusia sekitar 2 tahun. Seiring dengan pertambahan usia kebiasaan menghisap ibu jari tangan ini akan menghilang.
Mengapa anak memiliki kebiasaan tersebut?
Sebagian besar ahli sampai saat ini belum dapat memastikan mengapa seorang anak memiliki kebiasaan-kebiasaan tertentu.
Kebiasaan dapat timbul sebagai suatu cara bagi anak untuk tetap “sibuk” bila ia merasa bosan. Tetapi pada sebagian besar anak, kebiasaan tersebut biasanya timbul sebagai suatu cara untuk “menenangkan diri” bila mereka merasa “tertekan”. Perhatikan anak anda bila ia mulai melakukan kebiasaan buruknya tersebut. Apakah sebelumnya ia mengalami suatu kejadian tertentu yang mungkin menyebabkan rasa “tertekan”. Yang paling mengejutkan adalah kebiasaan anak yang timbul karena ia menirukan kebiasaan orang lain di sekitarnya. Ingatlah bahwa anak sering menirukan perbuatan orang-orang disekitarnya.
Kebiasaan lain seperti menghisap ibu jari tangan biasanya merupakan “sisa” masa bayi. Bagi bayi, menghisap ibu jari tangan merupakan perilaku penenangan diri umum yang berkaitan dengan makanan dan rasa lapar. Perilaku ini dapat bertahan sampai masa kanak-kanak. Demikian juga dengan kebiasaan menarik-narik rambut, yang dapat merupakan usaha si anak untuk tetap merasa dekat dengan ibunya.
Ada pula anak-anak lain yang melakukan kebiasaannya sebagai suatu cara untuk memperoleh perhatian dari orang tuanya. Jika anak anda merasa terabaikan, ia dapat melakukan suatu kebiasaan buruk karena ia tahu hal tersebut akan menarik perhatian anda.
Apa yang harus anda lakukan?
Sebagian besar kebiasaan buruk yang dilakukan anak pada masa kanak akan menghilang seiring dengan pertambahan usia anak. Bila orang tua tidak bersikap berlebihan pada kebiasaan buruk yang dimiliki anaknya, si anak akhirnya akan menghentikan kebiasaannya tersebut dengan sendirinya. Umumnya kebiasaan buruk anak akan menghilang ketika anak mencapai usia sekolah.
Bila kebiasaan buruk anak anda terus bertahan, semakin buruk, atau mengganggu orang lain, anda dapat mencoba cara-cara berikut ini:
  • Jelaskan kepada anak dengan jelas dan tenang bahwa anda tidak menyukai kebiasaan buruknya tersebut. Jelaskan pula kepada anak mengapa anda tidak menyukai kebiasaan buruknya tersebut. Ucapkan dalam kalimat seperti “Ayah/Ibu tidak suka bila kamu menggigit kukumu. Kebiasaan itu adalah kebiasaan yang tidak baik dan jorok. Dapatkah kamu menghentikan kebiasaanmu itu?” Ingatlah bila anda mendapati anak anda tetap melakukan kebiasaannya tersebut jangan mengejek atau “menguliahi” anak anda. Hukuman, ejekan, atau kritik dapat menyebabkan kebiasaan anak semakin menjadi-jadi.
  • Ajak anak anda untuk ikut terlibat proses penghentian kebiasaannya tersebut. tanyakan langsung kepada anak anda apa yang sekiranya dapat menghentikan kebiasaannya tersebut.
  • Sebutkan dengan jelas dan positif perilaku yang anda harapkan dari anak. Alih-alih mengucapkan, “Jangan gigit kukumu,” coba ucapkan, “Ayo kita biarkan kukumu tumbuh.” Kadang-kadang penggunaan bahan-bahan yang beraroma tidak enak pada jari dapat menghentikan kebiasaan menggigit kuku atau menghisap jari.
  • Beri pujian bila anak anda mampu mengendalikan kebiasaan buruknya tersebut. Anda dapat membacakannya dongeng sebelum tidur sebagai “hadiah” bila anak anda mampu menghentikan kebiasaannya tersebut.
Kebiasaan memerlukan waktu untuk berkembang, demikian pula untuk menghentikannya. Biasanya diperlukan waktu sekitar satu bulan untuk mengehentikan kebiasaan anak, jadi anda harus selalu sabar. Ingatlah untuk selalu memuji anak bila ia dapat menghentikan kebiasaannya agar anak merasa segan untuk melakukan kebiasaan buruknya itu lagi.
Apa yang perlu diperhatikan dari kebiasaan anak?
Kadang-kadang, suatu kebiasaan buruk berkembang menjadi lebih dari sekedar kebiasaan. Ia dapat menjadi suatu akibat dari suatu masalah fisik atau psikologis.
Kebiasaan anak mungkin menjadi suatu gejala dari suatu keadaan yang lebih serius. Misalnya, seorang anak yang terus menerus menghisap ibu jari tangannya mungkin sebenarnya merasa “tertekan” secara psikologis.
Bila kebiasaan buruk anak berkembang sehingga dapat membahayakan anak sendiri, anda harus segera waspada. Kebiasaan menggigit kuku yang berlebihan dapat menyebabkan infeksi. Begitu pula dengan kebiasaan menghisap ibu jari tangan yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi saat anak tumbuh dewasa.
Kapan anda harus mencari bantuan profesional?
Sebagian besar kebiasaan-kebiasaan buruk yang dimiliki anak-anak tidak memerlukan bantuan profesional. Tetapi bila kebiasaan anak mulai menggangu fungsi fisik atau sosialnya atau kebiasaannya tersebut terus bertahan setelah anda mencoba menghentikannya dengan langkah-langkah seperti yang telah disebutkan di atas, mungkin kebiasaannya tersebut disebabkan oleh suatu kedaan fisik atau psikologis yang lebih serius. Dalam hali ini, anda harus segera berkonsultasi dengan dokter anak anda.

Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah


Pendekatan Pembelajaran Kooperatif

Pendekatan Pembelajaran Kontekstual – CTL

Mengatasi Anak Usia Dini Malas Sekolah


Anak usia dini biasanya pada awal masuk sekolah akan merasa jenuh, takut, atau bahkan malas hal ini sudah menjadi salah satu keluhan umum para orang tua. Kasus yang biasa terjadi adalah anak lebih suka bermain dari pada belajar.
Kata malas kalau dijabarkan sebagai tidak mau berbuat sesuatu, segan, tak suka, tak bernafsu. Malas sekolah berarti tidak mau, enggan, tak suka, tak bernafsu untuk sekolah (Muhammad Ali, Kamus Bahasa Indonesia)
Jika anak-anak tidak suka sekolah dan lebih suka bermain, itu berarti sekolah dianggap sebagai kegiatan yang tidak menarik buat mereka, dan mungkin tanpa mereka sadari juga dianggap sebagai kegiatan yang tidak ada gunanya/untungnya karena bagi ana-anak tidak secara langsung dapat menikmati hasil belajar atau sekolah. Berbeda dengan kegiatan bermain, jelas-jelas kegiatan bermain menarik buat anak-anak, dan keuntungannya dapat mereka rasakan secara langsung (perasaan senang yang dialami ketika bermain adalah suatu keuntungan).
Penyebab Anak Malas Sekolah
  • Faktor intinsik (dalam diri anak sendiri)
    • Takut
    • Sedang sakit
    • Sedang sedih (bertengkar dengan teman sekolah, kehilangan barang kesayangan dll)
    • IQ/EQ anak
  • Faktor ekstrinsika.
    • Suasana sekolah yang tidak nyaman
    • Letak sekolah yang terlalu jauh
    • Bermasalah di sekolah (tidak suka/phobia sekolah, sehingga apapun yang berhubungan dengan sekolah jadi enggan untuk dikerjakan).
Termasuk dalam hal ini adalah guru dan teman sekolah.
Mengatasi Malas Sekolah Anak
Mencari penyebab anak menjadi malas sekolah adalah langkah pertama. Saran berikutnya antara lain sbb:
  1. Menanamkan pengertian yang benar tentang seluk beluk sekolah pada anak sejak dini.
    Terangkan dengan bahasa yang dimengerti anak. menumbuhkan inisiatif sekolah pada anak, menanamkan kesadaran serta tanggung jawab untuk sekolah pada anak merupakan hal lain yang bermanfaat jangka panjang.
  2. Mengantar anak sekolah, mendampingi pada awal masuk sekolah.
    Mengantarkan anak pada hari pertama masuk sekolah sangatlah penting khususnya pada anak usia dini. Hal yang akan dihadapi biasanya pada anak yang penakut atau kurang percaya diri biasanya akan menangis atau mogok. Peran guru dan orang tua disini sangat besar perannya dalam meyakinkan anak untuk berani dan mandiri. Orang tua harus percaya kepada guru untuk mendidik dan memberi motivasi untuk mandiri.
  3. Berikan insentif jika anak ingin sekolah.Insentif yang dapat diberikan ke anak tidak selalu harus berupa materi, tapi bisa juga berupa penghargaan dan perhatian. Pujilah anak saat ia mau sekolah tanpa mesti disuruh
  4. Komunikasi
    Hendaklah ortu membuka diri , berkomunikasi dengan anaknya guna memperoleh secara langsung informasi yang tepat mengenai dirinya.
    Carilah situasi dan kondisi yang tepat untuk dapat berkomunikasi secara terbuka dengannya. Setelah itu ajaklah anak untuk mengungkapkan penyebab ia malas sekolah. Pergunakan setiap suasana yang santai seperti saat membantu ibu di dapur, berjalan-jalan atau sambil bermain, tidak harus formal yang membuat anak tidak bisa membuka permasalahan dirinya.
  5. Menciptakandisiplin.
    Jadikan sekolah sebagai rutinitas yang pasti.
  6. Menegakkankedisiplinan.
    Menegakkan kedisiplinan harus dilakukan bilamana anak mulai meninggalkan rutinitas yang telah disepakati. Bilamana anak melakukan pelanggaran sedapat mungkin hindari sanksi yang bersifat fisik (menjewer, menyentil, mencubit, atau memukul). gunakanlah konsekuensi-konsekuensi logis yang dapat diterima oleh akal pikiran anak.
  7. Menghibur dan memberikan solusi yang baik dan bijaksana pada anak dalam hal ini jika anak sakit/sedih.
Beberapa hal yang tidak kalah pentingnya dalam menyikapi anak yang sedang dilanda malas sekolah adalah
  1. Memilihkan sekolah yang berkualitas dan religi serta dapat dipercaya untuk mendidik dan membimbing putra putri kita.
  2. Memantu perkembangan anak di sekolah artinya tidak 100% tugas itu diserahkan kepada guru.
PENTINGNYA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Tingkat kesadaran masyarakat terhadap pemberian layanan pendidikan bagi anak sejak usia dini (0-6 tahun) masih sangat rendah. Hal itu disebabkan antara lain karena kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan anak usia dini itu sendiri.
“Meskipun selama ini pemerintah dan masyarakat telah menyelenggarakan berbagai program layanan pendidikan bagi anak usia dini. Namun, kenyataannya hingga saat ini masih banyak anak usia dini yang belum memperoleh layanan pendidikan. Banyak anggapan sebelumnya yang mengatakan bahwa pendidikan yang tepat diberikan kepada anak asalah pada saat anak mulai masuk usia kematangan yang siap untuk bersekolah yaitu antara 5 – 7 tahun. Sedangkan yang sebenarnya adalah bahwa pendidikan bisa dimulai dari usia 0 – 6 tahun.
Disamping saat ini belum ada sistem yang bersifat holistik untuk menjamin keterpaduan dalam penanganan anak usia dini.
Masih banyaknya anak usia dini yang tidak tersentuh pendidikan apa pun juga disebabkan masih sangat terbatasnya jumlah tenaga pendidik dan kependidikan untuk mereka. Hal itu diperburuk oleh relatif rendahnya kualitas tenaga yang sudah ada.
Faktor lain adalah letak geografis yang membuat mereka sulit untuk menjangkau lokasi belajar dan yang lebih parah lagi adalah tingkat ekonomi yang menjadi penyebab utama mengapa orang tua tidak sesegera mungkin mempersiapkan anaknya untuk belajar sejak dini

Mengisap Jari

anak indigo 1


Anak Indigo


Pada pertengahan tahun 1970-an Nancy meneliti warna aura manusia dan memetakan artinya untuk menandai kepribadiannya. Tahun 1982 ia menulis buku Understanding Your Life Through Color. Penelitian lanjutan untuk mengelompokkan pola dasar perangai manusia, mendapat dukungan psikiater Dr. McGreggor di San Diego University.
Fenomena “Anak Indigo” belakangan ini menjadi perhatian para ilmuwan di Rusia. Majalah Journal Trust Rusia pada 8 Desember 2005 lalu melaporkan, berdasarkan penjelasan beberapa ilmuwan dari lembaga ilmu pengetahuan sosial Rusia, diyakini bahwa di atas bumi saat ini telah muncul suatu species “manusia baru” yang disebutnya sebagai “Anak Indigo”.
Para ilmuwan mengatakan mereka memiliki kekuatan supernormal, dapat melihat fenomena ganjil, dan dapat meramal peristiwa yang akan terjadi. Ciri khas mereka adalah berinteligensi tinggi, berintuisi tinggi, sangat sensitif dan lain-lain. Dari gambar foto medan energi ditubuhnya ditemukan, warna indigo tampak jelas sekali di tubuh mereka, sehingga disebut “anak indigo”. Atas hal ini, sejumlah besar ilmuwan masih belum percaya.
Fenomena Baru anak indigo
Penelitian di Rusia menunjukan bahwa sekitar 95 persen anak-anak yang lahir sejak 1994 tergolong “anak indigo”. Hal itu bisa dibuktikan melalui lingkaran cahaya biru di sekeliling tubuh mereka.Fungsi organ dalam anak-anak ini juga telah mengalami perubahan yakni sistem kekebalan tubuh mereka lebih kuat beberapa kali lipat dibanding orang pada umumnya, kebal terhadap penyakit, bahkan dapat melawan penyakit AIDS, dan DNA mereka juga tidak sama.Para ilmuwan menduga, bahwa mungkin dikarenakan variasi gen, ribuan warga di bumi sudah bukan tergolong “manusia lama” lagi, sebuah spesies manusia yang baru sedang lahir, meskipun perkembangan proses ini lamban namun diyakini benar-benar sedang muncul.
Ciri khas psikologis dan perilaku “anak Indigo” ini sangat unik dan ganjil, sehingga dengan demikian, mereka perlu pola pendidikan yang baru. Tidak boleh mengabaikan permintaan mereka, jika tidak, mungkin dapat mengakibatkan inteligensi dan pikiran species “manusia baru” ini menjadi kacau. Mungkin mereka membuka sebuah perintis zaman yang baru, sesuatu yang masib belum kita ketahui. Fenomena “anak indigo” ini banyak terjadi di depan kita.
Ada beberapa kasus kemunculan “anak indigo” di beberapa negara. Misalnya, di Latvia, ada seorang gadis cilik yang cantik, ia suka menceritakan pemandangan dalam perjalanannya di tengah alam semesta pada tengah malam. Saat ia berusia 5 tahun, ayahnya dengan terheran-heran mendapati dirinya mengetahui banyak pengetahuan tentang alam semesta. Meskipun ia tidak begitu percaya dengan ucapan anaknya, namun ketika ia memperbaiki mobil tuanya, selalu mendapat petunjuk dari gadis kecil itu. “Saya tidak tahu bagaimana ia bisa mengetahuinya, tetapi ia selalu tahu bagian yang tidak beres dengan mobilnya,” ujarnya.
Borische Tipikal “Anak Indigo”
Di sebuah daerah di Rusia, pada 1997 lahir seorang bocah laki-laki yang tidak lazim. Saat ibunya melahirkan dipagi hari yang cerah, segalanya tampak sedikit ganjil. Ibunya mengatakan, “Semuanya terjadi begitu cepat, hingga saat saya belum merasakan sakit apapun, Boriska sudah lahir. Ketika suster memperlihatkan bayi itu kepada saya, bocah itu justru menatap saya dengan tatapan seorang ginekolog, namun, saya tahu bayi yang baru lahir tidak mungkin memusatkan perhatian pada hal apapun,” demikian pengakuan Nadezhda Kipriyanovich, ibu Boriska.
Saat ibu itu membawa Borische pulang ke rumah, diketahui anak ini semakin tidak seperti biasanya. Ia hampir tidak pernah menangis juga tidak pernah sakit, saat menginjak usia 8 bulan, ia sudah bisa mengucapkan kata-kata secara utuh, tidak ada kesalahan dalam hal pengucapan maupun tata bahasa. Begitu juga dalam memperlakukan mainan yang diberikan ayahnya, ia juga bisa menggunakan prinsip geometri dan secara tepat merakit kembali mainannya.
Saat Boris menginjak usia 2 tahun, ia mulai mencoret-coret beberapa benda dengan warna biru dan lembayung. Psikolog yang mendeteksi hasil corat-coretnya menyebutkan, mungkin ia sedang mencoba melukis suatu lingkaran cahaya yang ditebarkan manusia. Belum juga menginjak usia 3 tahun, ia sudah bisa menjelaskan sejumlah pengetahuan yang berhubungan dengan fenomena alam semesta kepada orang tuanya. Ibunya mengatakan, “Ia dapat menyebutkan semua nama planet dalam sistem tata surya, bahkan nama satelit buatan; bahkan bisa menghitung nama dan jumlah galaksi. Awalnya, saya merasa ini agak mengerikan, saya berpikir apa anak saya bermasalah dengan jiwanya. Namun, saya putuskan untuk memeriksa sejenak apakah nama-nama yang disebutkan itu benar atau tidak, dan setelah saya menemukan sejumlah buku astronomi, ternyata apa yang disebutkannya itu benar”.
Sehubungan dengan kemampuannya itu, Borische menjadi populer di kampung halamannya. Orang-orang sangat penasaran, bagaimana ia bisa mengetahui begitu banyak hal tentang astronomi. Tidak lama kemudian, Boriska kembali mulai menceritakan kejahatan yang dilakukan manusia. Ia bisa menarik seseorang yang berjalan di jalan raya, dan memintanya agar berhenti dan menjauhi narkotika, bahkan memberitahu pada laki-laki dewasa yang hilir mudik, agar jangan membohongi istri sendiri. Peramal cilik ini bahkan mengingatkan orang-orang mengenai bencana, wabah penyakit dan lain sebagainya yang akan segera tiba di dunia manusia, tindakan atau perilakunya yang ganjil ini membuat orang tuanya semakin bingung.
“Kekuatan supranatural” atau Kelainan?
Ketika musim panas 2005 ini, para ilmuwan dari lembaga penelitian radio dan magnetis bumi dari akademi ilmu pengetahuan sosial Rusia berhasil menangkap lingkaran cahaya di tubuh Boriska. Professor Vladislav Lugovenko mengatakan, “Ia memiliki spektrum energi yang berwarna biru tua (indigo), ini berarti bahwa ia adalah seorang yang bahagia dan berinteligensi tinggi. Kemampuan otak manusia yang paling unik adalah dapat menyimpan pengalaman, perasaan dan pikiran manusia serta sejumlah informasi alam semesta. Bahkan ada beberapa anak malah dapat melukiskan tentang ruang alam semesta”. Menurutnya, setiap orang bisa mengadakan hubungan atau kontak dengan cakrawala melalui saluran rohani.
Professor mengatakan di bawah bantuan alat khusus, tidak tertutup kemungkinan dapat mendeteksi sejumlah kekuatan supranatural manusia yang terpendam. Ilmuwan dari berbagai negara di dunia saat ini sedang melakukan penelitian secara luas, mencoba menyingkap rahasia kekuatan supranatural anak-anak. Ia menyatakan, “Jelas sekali Borris adalah salah satu contoh tipikal “anak indigo”, ia mengemban misi khusus yang mengubah planet kita. Di China, India, Vietnam dan negara lain di dunia pernah melihat bocah seperti ini. Dan saya berani pastikan bahwa yang menciptakan peradaban baru di masa yang akan datang pastilah mereka.”
Namun, banyak juga ilmuwan yang bersikukuh dengan pendapat yang berbeda. Menurut dunia ilmu kedokteran, anak-anak ini mungkin menderita “gejala (penyakit) konsentrasi yang tidak terpusat”. Psikolog menyarankan, perbanyak mendengar suara anak-anak, supaya mereka merasa dapat diterima oleh kita, dengan demikian akan bisa secara efektif memecahkan masalah “bocah biru” ini. Seorang penganut mistisisme yang terkenal di Rusia, Drunwalo Melhisedek juga bersikukuh menganggap, bahwa kondisi seperti ini mungkin disebabkan gen anak-anak sekarang mengalami mutasi, sehingga menyebabkan reaksi khusus pada jiwa dan inteligensi anak-anak. “Ini mungkin suatu pancaran berbentuk gelombang yang terpancar dari tubuh kita sendiri, atau mungkin juga efek dari medan magnet bumi kita, jadi setiap orang bisa saja menjadi “Anak Indigo”!demikian ujarnya.
Anak-anak itu sebenarnya punya mekanisme pertahanannya sendiri. Ditanah air Annisa, misalnya. Gadis kecil berusia 4,5 tahun ini tiba-tiba berbicara dalam bahasa Inggris beraksen Amerika begitu ia bisa bicara pada usia 2,5 tahun. Padahal orang tuanya tidak berbahasa Inggris dengan baik. Meski tampak menggemaskan, dalam banyak hal ia berbicara dan bersikap seperti orang dewasa, bahkan menyebut dirinya “orang Amerika” karena “datang dari Amerika”. Nisa menyebut ibunya, Yenny bukan dengan panggilan mama.
Kemampuan melihat dan mendengar Nisa sangat tajam pada pukul 23.00 sampai dini hari. Tetapi kalau secara sengaja diminta memperlihatkan kemampuannya, ia akan menolak dengan tidak memperlihatkan kemampuan itu sehingga ia tampak seperti anak-anak lainnya,” ujar Yenny. Kata sang ibu, Nisa tidak mudah bersalaman dengan orang. Ia seperti tahu orang yang suka pergi kedukun atau memakai jimat. Namun sebagai anak-anak Nisa juga suka menyanyi dan bermain.
Jenis dan kemampuan anak indigo bermacam-macam. Meski memiliki kepekaan yang kuat, kepekaan mendengar dan melihat sesuatu yang tidak didengar dan dilihat orang kebanyakan, berbeda-beda gradasinya.
Mungkin Cita (9) termasuk anak itu. Ini hanya salah satu kemampuan “melihat” milik anak yang selalu mendapat rangking di sekolah itu. Cita tahu kapan hujan akan turun hari itu dan sebaliknya, meskipun mendung sudah menggantung.”Ia menjadi teman dan penasihat kami, bapak-ibunya. Disekolah, di keluarga besar kami, terasa ia menebarkan aura kedamaian dan kebahagiaan. Anak itu sangat tenang dan pemaaf,” ujar ibunya, Ny Dita.
Apa itu indigo ?
ISTILAH indigo berasal dari bahasa Spanyol yang berarti nila. “Warna ini merupakan kombinasi warna biru dengan ungu,” kata Dr Tb Erwin Kusuma, SpKJ, psikiater anak dengan pendalaman di bidang kesehatan mental spiritual, kepada GATRA.
Dikatakan indigo apabila punya inderakeenam, IQ-nya di atas rata-rata, dan bijaksana.Tinggal memoleskan saja. Dan, itulahyang kini tengah getol dilakukan diBarat. Hingga, sekolah untuk anak indigosudah banyak bertebaran.Di Indonesia? Itulah yang tengah dipikirkan oleh mereka yang sangat peduli pada indigo, termasuk Dr Erwin. Jumlah anak indigo di Indonesia mungkin belum mencapai ratusan. Tapi, dari sedikit itu, jika mendapat bimbingan yang sempurna, diharapkan mereka kelak menjadi pemimpinmasa depan yang arif bijaksana, humoris, dan cinta damai.
Ciri-ciri Anak Indigo
MENURUT Erwin, anak indigo bisa ditandai cerdas dan kreatif. Dalam kondisi sudah melewati biru. Hanya saja, saat ia lahir, jasmaninya kecil,tidak sematang mental dan spiritualnya. Ciri-ciri lain yang mudah dikenali adalah punya kemampuan spiritual tinggi. Anak indigo kebanyakan bisa melihat sesuatu yang belum terjadi atau masa lalu. Bisa pula melihat makhluk atau materi-materi halus yang tidak tertangkap oleh indra penglihatan biasa. “Kemampuan spiritual semacam itu masuk dalam wilayah ESP (extra-sensoryperception) alias indra keenam,” kataErwin. Menurutnya, kemampuan ESP bisa menjelajah ruang dan waktu.
Ketika tubuh anak indigo berada di suatu tempat, pada saat bersamaan, ia tahu apa yang terjadi di lokasi lain. Itulah yang disebut kemampuan menjelajah ruang. Ketika dia bicara sekarang, tentang suatu peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang, ini yang disebut menjelajah waktu. Anak indigo biasanya banyak bertanya dan orangtuanya akan kewalahan menjawab. Umpamanya, kenapa harus begini, kenapa harus begitu. Dia akan merasa heran untuk beberapa hal, yang dirasa tak masuk akal. “Kenapa harus sekolah berjam-jam? “Jika orangtua tak mengerti bahwa anaknya indigo, umumnya si anak cenderung memberontak, agresif, dan nakal. Tak sedikit yang kemudian bentrok dengan kehendak orangtuanya. Jika orangtua masih otoriter membatasi aktivitas spiritual anak indigo, sianak pasti akan berontak. Karena itu, para orangtua mesti menjawab imperesi-imperesi yang dikemukakan si anak.
Definisi “anak indigo”, dikutip dari sebuah buku “Indigo Child” yang ditulis bersama Lee Carrol dan Jan Tober. Dalam buku tersebut, ia menggunakan kata “indigo” untuk melukiskan semua anak-anak baru yang memasuki bumi. Tetapi, indigomenampakkan suatu sifat psikologis yang serba baru dan lain dari yang lain, serta punya perilaku-perilaku yang sangat berbeda dengan sebagaian besar ketakjuban seperti sebelumnya. Mereka mempunyai keunikan yang sama, sehingga orang-orang yang saling berinteraksi dengan mereka perlu mengubah sikap dan menyesuaikan pola pendidikan anak-anak ini.
Berikut ini adalah 10 besar ciri khas “bocah Indigo” menurut Magnum dalam tulisan blognya :
  1. Mereka mempunyai bau keturunan raja sejak lahir, dan kerap memanifestasikannya
  2. Mereka memiliki rasa “ini adalah tempat saya semestinya”, dan akan merasasangat ganjl bila melihat orang lain tidak berpikir demikian
  3. “Harga diri” bukan soal, mereka kerap memberitahu orang tua tentang “siapa mereka”
  4. Mereka tidak akan melakukan hal yang spesifik, misalnya berbaris berurutan adalah suatu hal yang sulit bagi mereka
  5. Terhadap hal yang kaku dan tidak memerlukan kreatifitas, ia merasa tidak terbiasa
  6. Baik di rumah atau sekolah, biasanya mereka dapat menemukan cara kerja yang lebih baik, sehingga mereka dianggap sebagai perusak tata tertib yang sudah berjalan
  7. Biasanya mereka introvek (menyembunyikan perasaan), merasa tidak ada orang di dunia ini yang dapat memahami mereka
  8. Mereka tidak pernah pelit terhadap kebutuhan pribadi
  9. Kemampuan “mata batin” mereka secara umum sangat kuat, bisa langsung mengetahui permainan orang dewasa
  10. Mudah hanyut dalam kecanduan dan kebiasaan jelek lainnya.
Dalam The Care and Feeding of Indigo Children, Jan Tobler menyebutkan sedikitnya 10 ciri anak indigo, yaitu :
  1. Non-kompromisits terhadap sistem yang berlaku. Seringkali mereka menemukan cara-cara yang lebih tepat
  2. Suka menyendiri. Kadang sulit untuk bersosialisasi
  3. Datang ke dunia dengan perasaan ingin berbagi
  4. Memahami betul hak eksistensi dirinya di dunia ini. Mereka justru heran jika ada yang menolaknya
  5. Merasa dirinya bukanlah yang utama.
  6. Sulit menerima otoritas mutlak tanpa alasan
  7. Sulit menunggu giliran
  8. Tidak menyukai hal-hal ritual. Atau hal-hal yang tidak memerlukan pemikiran kreatif
  9. Tidak merespons aturan-aturan yang kaku (misalnya: tunggu sampai ayah pulang)
  10. Tidak malu untuk meminta apa yang dibutuhkannya.
Selain itu, dalam buku The Indigo Children, Doreen Virtue, Ph.D, menyebutkan pula beberapa karakteristik untuk mengidentifikasi anak-anak berbakat khusus itu, yaitu:
  1. Sangat sensitif.
  2. Energinya sangat berlebihan.
  3. Mudah bosan.
  4. Perlu orang dengan kondisi emosi yang lebih stabil dan nyaman untuk berada di sekelilingnya.
  5. Mempunyai pilihan sendiri untuk belajar, terutama untuk membaca dan matematika.
  6. Mudah frustrasi. Sebab, umumnya mereka mempunyai banyak ide, namun kurang sumber daya atau orang-orang yang dapat membantu mereka.
  7. Belajar lewat cara eksplorasi.
  8. Tidak bisa diam kecuali mereka menyatu dalam sesuatu hal yang sesuai dengan minatnya.
  9. Mempunyai ketakutan seperti kehilangan atau ditinggal meninggal oleh orang yang dicintainya.
  10. Jika pengalaman pertamanya mengalami kegagalan, mereka mungkin akan menyerah dan membuat blok pembelajaran secara permanen.
Mengapa terjadi anak indigo ?
Banyak teori yang membahas masalah ini. Yang perlu diamati sesungguhnya apa yang terjadi pada anak indigo ini, seperti kemampuan indra keenam/sixth sense. Kemampuan ini sebenarnya bisa dipelajari dan dikuasai oleh orang awam atau orang bukan indigo, jadi tidak semata-mata karunia Tuhan. Getaran bumi yang sedemikian kuat membawa banyak perubahan. Salah satunya adalah makin banyaknya terlahir anak berjiwa matang (old soul) yang memiliki bakat khusus. Bagaimana mendidik agar mereka tidak merasa tertekan dan aneh karena berbeda dengan teman-temannya? Gejala alam rupanya tidak sedikit mempengaruhi hal-hal lain. Waktu yang berjalan demikian cepat menjadi satu indikasi perubahan yang terjadi di bumi.
Selain itu, munculnya anak-anak berbakat dengan jiwa tua atau old soul, juga menjadi tanda perubahan bumi yang begitu cepat. Akhir-akhir ini kita sering disentakkan oleh begitu banyaknya anak yang memiliki pola pikir berbeda dengan anak seusianya. Daya nalar mereka cenderung dewasa, padahal usianya belum mencapai belasan. Kali lain kita dikejutkan oleh anak-anak yang memiliki indra keenam luar biasa tajam, sehingga si anak sampai merasa dirinya tidak normal karena tidak sama dengan teman-temannya. Fenomena lahirnya anak-anak berkemampuan lebih ini sebenarnya sudah sejak lama ada. Sebastian Bach dan Albert Einstein bisa dikategorikan sebagai anak indigo. Musik yang diciptakan Bach disebut sebagai tipe musik anak indigo. Ia menciptakan musik sambil melamun, sama seperti Einstein yang mendapat rumus saat sedang bengong.
Keberadaan anak-anak berbakat ini memang baru disadari sejak tahun 1990-an. Para ahli menyebut mereka indigo. Munculnya anak indigo, menurut Tom, tak lepas dari pengaruh perubahan getaran bumi. Pada tahun 1970 sampai 1980-an, resonansi bumi sekitar 7,83 Hz. Di tahun 2000 menjadi 8,5-9 Hz, sedangkan di tahun 2004 sudah mencapai 13,5 Hz. Secara metafisik, getaran bumi yang semakin cepat akan menimbulkan satu fase, yang menyebabkan terjadinya kenaikan tingkat ke dimensi yang lebih tinggi.
Secara teoretis, getaran bumi yang semakin cepat akan membuat bumi semakin panas dan suhu ikut meningkat. Kenaikan ini juga mengakibatkan perubahan yang cukup signifikan, sehingga membutuhkan orang tertentu untuk menyeimbangkannya. Kelahiran anak-anak berbakat inilah yang akan membantu getaran bumi berjalan lebih smooth, lebih muLus. Kelahiran mereka ditujukan untuk mengubah tatanan dunia supaya menjadi lebih nyaman. Anak indigo datang ke dunia dengan berbagai misi. Cara yang diambil pun beraneka ragam. Bisa lewat kesenian, pendidikan, ilmu pengetahuan, olahraga, “Semua itu tergantung misi mereka,? katanya. Anak indigo kebanyakan merupakan pendobrak suatu tatanan yang salah. Karena bertugas meluruskan ketidakbenaran itu, mereka umumnya lahir dengan tipe
Opini Psikolog
Psikolog dari Universitas PadjadjaranBandung, Dra Sawitri Supardi Sadarjoen, menyarankan kepada orang tua untuk “menormalkan” anak-anak ini.Sawitri justru menyarankan untuk “menumpulkan”kemampuan si anak. Caranya? Dengan memberi pengertian bahwa apa yang diketahui si anak itu semata-mata faktor kebetulan karena si anak akan tersiksa dengan kelebihan yang dimilikinya. Sawitri beralasan bahwa kemampuan itu akan membuat anak menjadi tidak realistis dan malas. Tapi biasanya, kelebihan anak indigo bisa menjelajah ruang dan waktu. Menurut Soewardi, keajaiban anak indigo terjadi karena ada kesalahan dalam kinerja otaknya. Atau dengan kata lain, sistem kerja otaknya terganggu.
Psikiater anak dan remaja, Dr Tb Erwin Kusuma Sp.KJ(K), memastikan tidak ada yang salah dengan anak indigo. Menurut dia, anak indigo itu normal. “Mereka cuma berbeda saja”,terangnya. Sebelum memulai praktik kedokterannya di Klinik Pro-V di Jalan Letjen Soeprapto 60, Jakarta Pusat, Erwin memaparkan apa itu anak indigo serta apa yang membedakan mereka. Menyikapi terhadap pandangan bahwa anak indigo harus ditumpulkan kemampuannya Erwin berpendapat tidak setuju dengan pandangan itu. “Tidak betul itu. Anak indigo itu normal cuma beda saja. Tidak saya rekomendasikan”. Tuturnya. Menurut dr Tubagus Erwin Kusuma SpKj, anak-anak seperti itu semakin muncul di mana-mana didunia, melewati batas budaya, agama, suku, etnis, kelompok, dan batas apa pun yang dibuat manusia untuk alasan-alasan tertentu.Fenomena itu menarik perhatian banyak pihak, karena dalam paradigma psikologi manusia, anak-anak itu dianggap “aneh”. Pandangan ini muncul karena selama ini kemanusiaan telanjur dianggap sebagai hal yang statis, tak pernah berubah. “Padahal, semua ciptaan Tuhan selalu berubah,” ujar dr Erwin.
Sebagai hukum, masyarakat cenderung memahami evolusi tapi hanya untuk yang berkaitan dengan masa lalu.”Fenomena munculnya anak-anak dengan kemampuan seperti itu merupakan bagian dari evolusi kesadaran baru manusia, yang secara perlahan muncul di bumi, terutama sejak awal milenium spiritual sekitar tahun 2000 yang disebut Masa Baru, The New Age, atau The Aquarian Age.Semua ini merupakan wujud kebesaran Allah,” tegasErwin.Fisik anak-anak indigo sama dengan anak-anak lainnya, tetapi batinnya tua (old soul) sehingga tak jarang memperlihatkan sifat orang yang sudah dewasa atau tua. Sering kali ia tak mau diperlakukan seperti anak kecildan tak mau mengikuti tata cara maupun prosedur yang ada. Kebanyakan anak indigo juga memiliki indra keenam yang lebih kuat dibanding orang biasa. Kecerdasannya di atas rata-rata.
Menurut Lanny Kuswandi, fasilitator program relaksasi di Klinik Prorevital, mengutip dr Erwin, “Ada tipe humanis, tipe konseptual, tipe artis, dan tipe interdimensional. Pendekatan terhadap mereka juga berbeda-beda,” sambungnya.
Namun karena dianggap “aneh”, tak jarang diagnosisnya keliru dan penanganannya lebih bersandar pada obat-obatan. “Ada anak indigo yang dianggap autis, ADHD (Attention-Deficit Hyperatictve Disorder) maupun ADD (Attention Deficit Disorder). Padahal tanda-tandanya berbeda,” sambung Erwin. Kekeliruan semacam ini juga terjadi di AS, karena banyak ahli menganggap anak-anak itu menderita “gangguan” yang harus dihilangkan.
Salah Kaprah Anak Indigo
Belum pahamnya masyarakat tentang anak indigo menjadi penyebab belum banyaknya terungkap anak indigo. Sebagian kalangan medis menyatakan bahwa anak indigo mengalami kerusakan pada bagian otaknya. Namun Erwin menegaskan bahwa indigo bukan penyakit. Badan Kesehatan Dunia (WHO), kata dia, bahkan tidak mencantumkan indigo dalam international classification of diseases. Lantaran indigo bukan penyakit tak perlu dilakukan terapi untuk menyembuhkan anak indigo. “Yang dibutuhkan adalah pembinaan untuk anak, orang tua, guru supaya mengerti cara menangani anak indigo”, terangnya lagi.Saat ini, lanjut Erwin, Depdiknas misalnya tengah membuat panduan bagi guru reguler tentang bagaimana menghadapi anak indigo. Buku panduan itu juga berlaku bagi para guru home-schooling. Sejumlah anak indigo enggan bersekolah di sekolah biasa. “Program ini direncanakan dibuat dalam jangka panjang. Nantinya akan ada sekolah khusus anak indigo. Tujuannya sebagai tempat bagi guru dari luar daerah untuk memahami seperti apa anak indigo itu”, terangnya lagi.
Peran orangtua
Erwin menekankan perlunya para orangtua yang anaknya indigo untuk bersatu. Paling tidak, mereka bisa melakukan sharing soal jurus terbaik menangani anak-anak indigo. Di Jakarta sendiri ada indigo sharing club. “Penanganan yang benar terhitung penting demi perkembangan anak”, papar Erwin yang mengungkapkan soal adanya kasus-kasus anak indigo yang frustasi lantaran mereka gagal beradaptasi dengan lingkungan. Menurut Erwin, anak indigo yang lahir di tengah keluarga yang mengerti kondisinya justru akan banyak berguna buat orang lain. Seperti membantu menyembuhkan penyakit lewat tenaganya. Inilah yang dilakukan Bagus Torasanto. Belum lama, cerita Bagus kepada Republika, ia mengobati seorang kawan ibunya yang diduga tengah didera masalah psikis. Entah mengapa, inspirasi pengobatan selalu datang usai shalat. Anehnya lagi, tangan Bagus seolah bergerak sendiri memegang kepala teman ibunya itu. Sekonyong-konyong rasa nyeri dari kepala itu pun hilang.
Sumber :
Republika, Minggu 27 Januari 2008,




Oleh : Boy Hardy Harjadinata


Apakah anak anda termasuk “anak indigo?”