Sabtu, 24 November 2012

Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus

Orang tua mana yang tidak ingin anak yang sempurna? Cerdas, aktif, gembira, santun dan sempurna penampilannya. Kenyataannya saat ini banyak sekali kasus anak-anak yang berkebutuhan khusus. Sayang, informasi yang ada terlalu medis dan sulit dimengerti orang awam. Bahkan untuk mengerti klasifikasi atau penggolongannya saja sudah sangat sulit. Apalagi banyak orang yang mulai menganggap penanganan anak ABK adalah lahan bisnis, shingga mereka cenderung tidak menjelaskan sejelas-jelasnya pada orang tua. Karena alasan diatas, saya coba menulis sedikit mengenai istilah dan penggolongan anak berkebutuhan khusus atau ABK.

Sebelum mulai membahas tentang anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) ini, sebaiknya dimengerti dulu maksud dari istilah tersebut. Seorang pemerhati masalah anak-anak berkebutuhan khusus, Julia Van Tiel, memberikan definisi tentang ABK.
ABK adalah anak-anak yang untuk memperoleh perkembangan memerlukan penanganan khusus yang berkaitan dengan kekhususannya.

Fenomena meningkatnya jumlah anak-anak berkebutuhan khusus di Indonesia, terutama anak-anak dengan spectrum autis (atau autistic spectrum disorder) dan anak-anak yang mengalami gangguan perkembangan umum lainnya, yaitu keterlambatan bicara, gangguan belajar, gangguan perilaku (hiperaktif dan hipoaktif), down syndrome, cerebral palsy, dan sebagainya, menimbulkan keprihatinan yang mendalam dari sejumlah profesional medis, psikologi, orang tua dan para pemerhati masalah anak.

Kesulitan utama perbaikan penanganan anak-anak berkebutuhan khusus ini adalah mengenai Informasi dan kesulitan mendiagnosa para penderitanya. Agar lebih maksimal memang sebaiknya penanganan dilakukan sejak usia sangat dini, sayangnya kesalahan diagnosa sering justru menyebabkan anak-anak itu mengalami kemunduran.
Contoh kesalaahan diagnosa banyak diceritakan dalam tulisan-tulisan para pemerhati masalah ini.

Hingga saat ini anak-anak berkebutuhan khusus yang mendapat perhatian yang cukup luas di masyarakat adalah mereka yang tergolong kedalam Pervasive Developmental Disorder atau Autism Spectrum Disorder (ASD). Berikut adalah beberapa penggolongan anak-anak yang dianggap memiliki kebutuhan khusus. Penggolongan ini tidak bertujuan mengkotak-kotakkan atau memberi label pada anak-anak itu, tapi lebih bertujuan untuk mempermudah mendiagnosa dan menentukan penanganan khusus yang mereka butuhkan. Sekali lagi, mereka anak-anak biasa yang kemungkinan perkembangan dan potensinya masih sangat terbuka.

1. Autistic Disorder
Autisme adalah gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.

2. Asperger Disorder
Secara umum performa anak Asperger Disorder hampir sama dengan anak autisme, yaitu memiliki gangguan pada kemampuan komunikasi, interaksi sosial dan tingkah lakunya. Namun gangguan pada anak Asperger lebih ringan dibandingkan anak autisme dan sering disebut dengan istilah ”High-fuctioning autism”. Hal-hal yang paling membedakan antara anak Autisme dan Asperger adalah pada kemampuan bahasa bicaranya. Kemampuan bahasa bicara anak Asperger jauh lebih baik dibandingkan anak autisme.

Intonasi bicara anak asperger cendrung monoton, ekspresi muka kurang hidup cendrung murung dan berbibicara hanya seputar pada minatnya saja. Bila anak autisme tidak bisa berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, anak asperger masih bisa dan memiliki kemauan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Kecerdasan anak asperger biasanya ada pada grade rata-rata keatas. Memiliki minat yang sangat tinggi pada buku terutama yang bersifat ingatan/memori pada satu kategori. Misalnya menghafal klasifikasi hewan/tumbuhan yang menggunakan nama-nama latin, menghapal bagian bagian kendaraan bermotor dsb.

3. Rett’s Disorder
Rett’s Disorder adalah jenis gangguan perkembangan yang masuk kategori ASD. Aspek perkembangan pada anak Rett’s Disorder mengalami kemuduran sejak menginjak usia 18 bulan yang ditandai hilangnya kemampuan bahasa bicara secara tiba-tiba. Koordinasi motorinya semakin memburuk dan dibarengi dengan kemunduran dalam kemampuan sosialnya. Rett’s Disorder hampir keseluruhan penderitanya adalah perempuan.

4. Childhood Disintegrative Disorder.
Yang membedakan anak Childhood Disintegrative Disorder (CCD) dengan anak autisme adalah bahwa umumnya anak CCD sempat berkembang secara normal sampai beberapa tahun termasuk kemampuan bahasa bicaranya. Biasanya anak-anak itu mengalami kemunduran setelah menginjak 2 tahun. Kemunduran kemampuan pada anak CDD bisa samapai pada kondisi anak dengan ganggaun autisme berat (low fuctioning autisme) dengan performa yang sama.

5. Pervasive Development Disorder Not Otherwie Specified (PDD-NOS)
Anak dengan gangguan PDD-NOS performanya hampir sama dengan anak Autisme hanya saja kualitas gangguannya lebih ringan dan terkadang anak-anak ini masih bisa bertatap mata, ekspresi wajah tidak terlalu datar dan masih bisa diajak bercanda.

Sekali lagi penggolongan diatas adalah hanya untuk kepentingan penanganan medis. Pada dasarnya perkembangan setiap anak berbeda-beda. kebutuhannya juga spesial dan berbeda. Dua orang anak yang memiliki sindrom yang sama, pasti memiliki perkembangan yang berbeda dan tingkatan yang berbeda.

Selain penggolongan di atas, ada juga anak-anak berkebutuhan khusus lain dan sering di salah kaprahkan dengan anak-anak Pervasive Developmental Disorder atau Autism Spectrum Disorder. diantaranya adalah :

1. Child with developmental Impairement
Yang banyak dikenal di Indonesia sebagai anak tuna grahita (mental retardation). Secara umum anak dengan gangguan retardasi mental memiliki inteligensi di bawah rata-rata normal, tidak mampu berprilaku adaptif sesuai tugas-tugas perkembangan usianya. Secara performa fisik tanpak sekilas anak retardasi mental seperti anak normal. Kemampuan berkomunikasinyapun tidak mengalami gangguan.hanyak saja anak retardasi mental sulit mengembangkan topik pembicaraan kearah yang lebih lanjut dan kompleks.

2. Child with specific learning disability
Anak berprestasi rendah yang lebih populer dengan istilah anak berkesulitan belajar. Mereka mempunyai kesulitan di bidang-bidang akademik, kognitif dan masalah-masalah emosi sosial. Oleh sebab itu kelainan-kelaian yang dialami lebih bersifat psikologis, yang berimbas pada gangguan kelancaran berbicara, berbahasa dan menulis. Masing-masing anak memiliki gejala dan kendala berbeda yang membuat mereka memiliki kesulitan belajar, tapi biasanyaada persamaan gejala: Anak-anak LD terlihat tidak berkemampuan sebagai pendengar yang baik, berfikir, berbicara, membaca dan menulis, mengeja huruf, dan perhitungan yang bersifat matematika. Tes hasil belajar di sekolah menunjukan angka rendah. Yang tergolong learning disabilitis adalah anak dengan ganguan persepsi, cedera otak/cerebal palsy, minimal brain dysfunction, dyslexia dan developmental aphasia.
Anak-anak dengan learning dissability sebenarnya tidak bodoh, mereka punya kemampuan tinggi di satu bidang, tapi kendala mereka menyebabkan mereka membutuhkan penanganan khusus untuk mencapai kemampuan tersebut.

3. Child with emotional or behavioral disorder
Anak dengan ganguan perilaku menyimpang/emosional menunjukan masalah perilaku yang dapat terlihat seperti ; selalu gagal/tidak dapat menjalin hubungan pribadi yang intim, berprilaku tidak pada tempatnya (sering mencari perhatian dengan cara-cara yang tidak logis), merasakan adanya depresi dan tidak bahagia (diri sendiri/bisa keluarga/lingkungan sosial) prestasi belajar menurun (memiliki masalah-masalah kesulitan belajar bukan disebabkan faktor intelektual, sensori atau kesehatan).
Mereka harus dibantu memecahkan masalahnya agar emosinya bisa disesuaikan seperti anak-anak lainnya.

4. Child who have attention deficit disorder with hyperactive (ADHD)
ADHD terkadang lebih dikenal dengan istilah anak hiperaktif, oleh karena mereka selalu bergerak dari satu tempat ketempat yang lain. Tidak dapat duduk diam di satu tempat selama ± 5-10 menit untuk melakukan suatu kegiatan yang diberikan kepadanya. Rentang konsentrasinya sangat pendek, mudah bingung dan pikirannya selalu kacau, sering mengabaikan perintah atau arahan, sering tidak berhasil dalam menyelesaikan tugas-tugas di sekolah. Sering mengalami kesulitan mengeja atau menirukan ejaan huruf. Anak-anak ini mengalami kesulitan untuk fokus dan berkonsentrasi cukup lama untuk menyelesaikan tugas mereka.

5. Down Syndrom
Anak down syndrom sangat mudah dikenali lewat bentuk wajahnya (seperti orang mongol). Tapi beberapa diantaranya tidak memperlihatkan bentuk muka down syndrom (layaknya anak normal). Mereka biasanya sangat pendiam, sering bermasalah dengan koordinasi otot-otot mulut tangan dan kaki sehingga sering mengalami terlambat berbicara dan berjalan. Kemampuan inteligensinya dibawah rata-rata normal menyebabkan mereka sulit mengikuti tugas-tugas perkembangan anak normal, baik dalam aspek akademis, emosi dan bersosialisasi. Tak jarang behavioralnya juga memperlihatkan perilaku yang tidak adaptif (sering mencari perhatian yang berlebihan, memperihatkan sikap keras kepala yang berlebihan (shut off/berlagak seperti patung) dan kekanak-kanakan.

Selain penggolongan diatas juga ada anak-anak dengan kekurangan pada indra atau anggota tubuhnya, yang populer disebut anak cacat -walaupun saya sendiri memilih untuk menyebutnya anak-anak dengan kekurangan fisik. kekurangan tersebut

1. Child with communication disorder and deafness
Lebih popular dengan istilah tunarungu/wicara adalah mereka yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar sebahagian atau keseluruhan, akibat tidak berfungsinya indra pendengaran sebagaian/keseluruhan. Terkadang ada juga yang pendengarannya tidak mampu mendengar suara dengan frekuensi atau modulasi spesifik.

2. Child with partially seeing and legally blind
Anak tunanetra dikategorikan sebagai anak-anak yang memiliki indra ke-enam. Hal ini mengacu kepada kemampuan inteligensi yang cukup baik, daya ingat yang kuat, kemampuan taktil yang tinggi berupa kemampuan merasakan objek melalui ujung jari-jemarinya sebagai pengganti indra penglihatannya. Anak tunanetra mempresepsikan dunia dengan menggunakan indra sensoriknya, sehingga mereka membutuhkan latihan dalam waktu yang lama untuk menguasai dunia persepsi. Dalam melakukan interaksi sosial umumnya dilakukan dengan cara menyentuh dan mendengar objeknya, sehingga kurang menarik bagi lawan bicaranya.

Selain kategori diatas, ada juga kategori anak lain yang sebenarnya lebih bersifat kelebihan daripada kekurangan. Kategori tersebut adalah :

1. Gifted Children
dalam berbagai literatur sering disebutkan bahwa yang termasuk gifted children adalah anak-anak yang:
a. Memiliki skor IQ 140 atau lebih diukur dengan instrument Stanford Binet (general intellectual ability).
b. Mempunyai kemampuan tinggi dalam problem solving, kreatifitas tinggi dan produktif.
c. Memiliki keunggulan dibidang akademik/seni/sastra/verbal/etetika/sport/sosial.
d. Memiliki kemampuan kepemimpinan yang teliti dan visioner.
dan seterusnya. Sebenarnya segala kelebihan itu bukan satu-satunya ciri anak gifted. anak-anak berbakat seringkali justru menjadi anak-anak yang sukar dimengerti, susah diatur, keras kepala, terlalu eksploratif, bahkan ada yang mengalami gejala telat bicara. Mereka butuh dimengerti, karena bakat mereka membuat mereka punya kemampuan dan cara berbeda untuk belajar dan mengembangkan diri. Dalam beberapa kasus, anak-anak berbakat sering disalah golongkan menjadi anak Hiperaktif, anak Autis
bahkan - seperti dalam kasus Albert Einstein - ia dikategorikan sebagai idiot oleh guru sekolah dasarnya, dan disarankan untuk keluar sekolah normal. Kesalahan penggolongan itu bisa sangat membahayakan masa depan anak jika tidak diperbaiki. Anak anak ini termasuk anak spesial, yang membutuhkan penanganan spesial untuk mengeluarkan potensinya.

2. Indigo Children
Anak-anak Indigo dilahirkan dengan kelebihan diluar nalar manusia. Beberapa bisa berkomunikasi dengan mahluk gaib, lainnya memiliki kemampuan intuisi yang kuat, terkadang mampu memprediksi sesuatu sebelum terjadi, meramalkan sesuatu yang bersifat futuristik yang mungkin beberapa waktu (tahun/abad) baru diketahui orang normal. perkembangan anak-anak ini sulit dinalar orang tua, karena biasanya mereka mengalami pengalaman berupa penglihatan, pendengaran atau pengetahuan yang hanya akan dianggap khayalan, halusinasi atau sesuatu yang dianggap hanya karangan oleh orang tua mereka sendiri. Banyak aak-anak indigo yang berakhir di rumah sakit jiwa atau psikiater mental karena ketidak mengertian orang tua, apalagi di daerah yang penduduknya kurang percaya hal-hal diluar nalar.

Semoga tulisan diatas bisa berguna bagi para pembaca. Saya hanya ingin mengingatkan para orang tua agar percaya pada perkembangan dan potensi anak, seperti apapun kondisinya. Sudah banyak contoh, anak-anak spesial pun bisa berprestasi dan menghasilkan sesuatu yang hebat jika diberikan kebutuhan khusus mereka. Memang akan menjadi perjuangan yang berat dan panjang bagi para orang tua dengan anak berkebutuhan khusus, tapi mudah-mudahan dengan berbagi beban itu bisa terasa lebih ringan.

Jumat, 16 November 2012

Amankan Bayi Anda diRumah

Leah McCammon baru saja melewati ulang tahun pertama ketika luka terbakar parah dalam bathtub neneknya. “Ibu saya hanya keluar selama 30 detik karena mencari putri saya yang lain di ruang keluarga,” kenang mama Leah, Shelly McCammon, desainer interior di Atlanta. “Leah mencoba berdiri dengan cara berpegangan pada kran, serta secara tak sengaja memutar kran. Air sepanas 53°C langsung menyiramnya.” Tiga hari kemudian, Leah meninggal.

Tragis, tapi nyata: Menurut Home Safety Council, lebih dari 2.000 anak di Amerika meninggal setiap tahunnya akibat kecelakaan di rumah, dan kasus tertinggi terjadi pada bayi di bawah usia 1 tahun. Inilah 4 penyebab utama dari kematian dan kecelakaan bayi di rumah, plus cara mencegahnya.

Tenggelam

BAHAYA: Baby bath seat
Separuh kasus bayi tenggelam terjadi di bathtub. Sayangnya, ratusan bayi juga meninggal atau terluka di baby bath seat. Para orangtua menganggap si kecil sudah aman, sehingga meninggalkan bayi sendirian di dalamnya. “Kalau suction cups yang terpasang di bawah baby bath seat terlepas dari bathtub, bayi bisa terperangkap dalam air di bawah bath seat,” ujar Dr. Sheehan.
TIP MENGAMANKAN: Lupakan baby bath seat. Saran Dr. Sheehan, siapkan semua piranti mandi dalam jangkauan tangan Anda dan jangan sekali-kali meninggalkan si kecil ketika memandikannya (walau cuma sebentar).

BAHAYA: Air dalam ember pel
Sekitar 30 anak (sebagian besar adalah bayi) meninggal setiap tahun karena ‘tenggelam’ dalam ember. “Bayi bisa merangkak ke atas ember, terjatuh ke dalamnya dengan posisi kepala lebih dulu, dan tidak bisa mengeluarkan tubuhnya lagi,” tutur Feuerborn.
TIP MENGAMANKAN: Pastikan bayi Anda aman dalam boks atau tempat bermain ketika Anda membersihkan rumah saat pembantu atau babysitter sedang off. (Tutup toilet harus selalu tertutup, sehingga si kecil tak terjungkal ke dalamnya.)

BAHAYA: Kolam renang anak-anak
Setiap tahun, diperkirakan 300 anak-anak di bawah usia 4 tahun tenggelam dalam kolam renang. “Kecemasan utama kami adalah kolam renang anak-anak yang ukurannya cukup besar,” tutur Appy. “Biasanya, orangtua tidak langsung mengosongkan kolam selesai digunakan. Karena ukurannya lebih kecil dari kolam renang permanen, mereka tidak memasang pagar pengaman.”
TIP MENGAMANKAN: Kalau kolam khusus anak-anak cukup besar, belilah pagar pengaman kecil yang bisa dikunci dan dipasang di sekelilingnya. Juga, saat Anda berkunjung ke rumah teman yang memiliki kolam renang, pastikan anak Anda selalu dalam jangkauan Anda.

Terjatuh

BAHAYA: Kurangnya pagar pengaman bayi
“Banyak orangtua hanya memasang pagar pengaman di bagian atas tangga, sehingga anak bisa merangkak ke atas dan terguling ke bawah,” kata Meri-K Appy, presiden Home Safety Council.
TIP MENGAMANKAN: Pilih pagar pengaman yang bisa dikunci, plus dipasang di atas dan bawah tangga. Pastikan jarak antar kisi-kisi pagar pengaman cukup kecil, sehingga kepala bayi Anda tidak muat.

BAHAYA: Baby walker
Menurut Safe Kids Worldwide (tahun 2004), lebih dari 3.900 anak di bawah usia 4 tahun dilarikan ke UGD (Unit Gawat Darurat) karena terluka akibat menggunakan baby walker. Yang lebih gawat adalah 80% bayi yang menjadi korban sebenarnya dalam pengawasan orangtua!
TIP MENGAMANKAN: Singkirkan saja baby walker. “Penelitian menunjukkan, baby walker tidak membantu bayi belajar berjalan,” tutur Leslie Feuerborn, koordinator pencegahan dan edukasi kecelakaan di Denver’s Children’s Hospital.

BAHAYA: Bayi ditinggal dalam car seat
“Orangtua selalu mengira, selama sabuk pengaman car seat terpasang aman pada bayi, maka mereka bebas meninggalkan si kecil di tempat yang tinggi,” ujar Karen Sheehan, M.D., direktur medis Injury Prevention and Research Center di Children’s Memorial Hospital, Chicago. “Padahal, dalam banyak kasus, bayi akan menggeliat-geliat dan terjatuh, sehingga luka kepalanya serius.”
TIP MENGAMANKAN: Jangan pernah meninggalkan bayi sendirian di car seat, yang diletakkan diatas tempat yang tinggi, seperti meja.

Kehabisan napas

BAHAYA: Tidur bersama bayi Anda
Kehabisan napas atau tercekik secara tidak disengaja menjadi penyebab utama kematian bayi, dan 60% dari kejadian tragis ini terjadi di tempat tidur orangtua atau boks bayi. “Semakin banyak kasus bayi kehabisan napas terjadi karena ia tidur bersama orangtuanya,” kata Ruth Borgen, M.D., direktur pengobatan darurat anak-anak di Hackensack University Medical Center di New Jersey.
TIP MENGAMANKAN: Agar bayi dalam jangkauan tangan di malam hari, letakkan si kecil dalam boks yang ditaruh di sisi tempat tidur Anda.

BAHAYA: Boks yang terlalu penuh
Bantal dan selimut bayi bisa menutupi wajah bayi Anda. Jika belum cukup kuat untuk berguling, bisa-bisa ia tercekik atau kehabisan napas.
TIP MENGAMANKAN: Hati-hati dalam memilih selimut si kecil. Bila mungkin, belilah kantung tidur bayi yang bisa di-ritsleting sampai ke dagu.

BAHAYA: Makanan seukuran uang logam
Anggur, popcorn, kismis, potongan sosis… Makanan apapun yang ukurannya sebesar uang logam bisa menutup saluran napas bayi Anda.
TIP MENGAMANKAN: Potong anggur menjadi 4 bagian dan iris sosis memanjang. Jangan pernah meninggalkan mangkuk berisi kacang atau permen di atas meja atau tempat lain yang ada dalam jangkauan bayi.

Terbakar

BAHAYA: Pemanas air yang terlalu panas
Anak yang terpapar air sepanas 60°C selama 3 detik bisa menderita luka bakar yang cukup parah.
TIP MENGAMANKAN: Atur pemanas air Anda hingga mencapai suhu sebesar 49°C.

BAHAYA: Tumpahan kopi
“Banyak kasus luka bakar di UGD terjadi karena orangtua berusaha menggendong bayi sambil membawa secangkir kopi,” kata Dr. Sheehan.
TIP MENGAMANKAN: Bila ingin menikmati minuman panas, gunakan travel mug. Dan, jangan pernah meninggalkan secangkir kopi atau semangkuk sup di atas meja makan, sebab bayi bisa menarik-narik taplak meja, lalu tersiram air panas.

BAHAYA: Alarm kebakaran kadaluarsa
Sekitar 2/3 kematian dan kecelakaan pada anak akibat kebakaran di rumah terjadi karena tidak ada alarm kebakaran. Kalaupun terpasang, alat tersebut tidak berfungsi. “Kalau sudah berusia lebih dari 10 tahun, alarm kebakaran mulai kehilangan sensitivitasnya,” tutur Appy.
TIP MENGAMANKAN: Ganti alarm kebakaran yang kadaluarsa, dan uji semua alarm sekali sebulan. Ketika membeli alarm, pilihlah yang bisa terhubung secara internal. Begitu salah satu alarm menyala, alarm lain juga menyala.

Menjaga keamanan bayi memang pekerjaan full-time. Ketika Anda pergi, pastikan babysitter mengetahui plus mengikuti saran-saran ini.

Sabtu, 10 November 2012

Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini

Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden years) yang merupakan masa dimana anak mulai peka/sensitif untuk menerima berbagai rangsangan. Masa peka pada masing-masing anak berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan anak secara individual.

Masa peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, motorik, bahasa, sosio emosional, agama dan moral.


Beberapa Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini :

1. Aspek Perkembangan Kognitif

Tahapan Perkembangan Kognitif sesuai dengan teori Piaget adalah: (1) Tahap sensorimotor, usia 0 – 2 tahun. Pada masa ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak refleks, bahas awal, waktu sekarang dan ruang yang dekat saja; (2) Tahap pra-operasional, usia 2 – 7 tahun. Masa ini kemampuan menerima rangsangan yang terbatas. Anak mulai berkembang kemampuan bahasanya, walaupun pemikirannya masih statis dan belum dapat berpikir abstrak, persepsi waktu dan tempat masih terbatas; (3) Tahap konkret operasional, 7 – 11 tahun.

Pada tahap ini anak sudah mampu menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat dan membagi; (4) Tahap formal operasional, usia 11 – 15 tahun. Pada masa ini, anak sudah mampu berfikir tingkat tinggi, mampu berfikir abstrak.


2. Aspek Perkembangan Fisik

Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot terkoordinasi (Hurlock: 1998). Keterampilan motorik anak terdiri atas keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik halus. Keterampilan motorik anak usia 4-5 tahun lebih banyak berkembang pada motorik kasar, setelah usia 5 tahun baru.terjadi perkembangan motorik halus.

Pada usia 4 tahun anak-anak masih suka jenis gerakan sederhana seperti berjingkrak-jingkrak, melompat, dan berlari kesana kemari, hanya demi kegiatan itu sendiri tapi mereka sudah berani mengambil resiko. Walaupun mereka sudah dapat memanjat tangga dengan satu kaki pada setiap tiang anak tangga untuk beberapa lama, mereka baru saja mulai dapat turun dengan cara yang sama.

Pada usia 5 tahun, anak-anak bahkan lebih berani mengambil resiko dibandingkan ketika mereka berusia 4 tahun. Mereka lebih percaya diri melakukan ketangkasan yang mengerikan seperti memanjat suatu obyek, berlari kencang dan suka berlomba dengan teman sebayanya bahkan orangtuanya (Santrock,1995: 225)


3. Aspek Perkembangan Bahasa

Hart & Risley (Morrow, 1993) mengatakan umur 2 tahun, anak-anak memproduksi rata-rata dari 338 ucapan yang dapat dimengerti dalam setiap jam, cakupan lebih luas adalah antara rentangan 42 sampai 672. 2 tahun lebih tua anak-anak dapat mengunakan kira-kira 134 kata-kata pada jam yang berbeda, dengan rentangan 18 untuk 286.

Membaca dan menulis merupakan bagian dari belajar bahasa. Untuk bisa membaca dan menulis, anak perlu mengenal beberapa kata dan beranjak memahami kalimat. Dengan membaca anak juga semakin banyak menambah kosakata. Anak dapat belajar bahasa melalaui membaca buku cerita dengan nyaring. Hal ini dilakukan untuk mengajarkan anak tentang bunyi bahasa.


4. Aspek Perkembangan Sosio-Emosional

Masa TK merupakan masa kanak-kanak awal. Pola perilaku sosial yang terlihat pada masa kanak-kanak awal, seperti yang diungkap oleh Hurlock (1998:252) yaitu: kerjasama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial, simpati, empat, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, meniru, perilaku kelekatan.

Erik Erikson (1950) dalam Papalia dan Old, 2008:370 seorang ahli psikoanalisis mengidentifikasi perkembangan sosial anak: (1) Tahap 1: Basic Trust vs Mistrust (percaya vs curiga), usia 0-2 tahun.Dalam tahap ini bila dalam merespon rangsangan, anak mendapat pengalaman yang menyenamgkan akan tumbuh rasa percaya diri, sebaliknya pengalaman yang kurang menyenangkan akan menimbulkan rasa curiga; (2) Tahap 2 : Autonomy vs Shame & Doubt (mandiri vs ragu), usia 2-3 tahun. Anak sudah mampu menguasai kegiatan meregang atau melemaskan seluruh otot-otot tubuhnya.

Anak pada masa ini bila sudah merasa mampu menguasai anggota tubuhnya dapat meimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak memberi kepercayaan atau terlalu banyak bertindak untuk anak akan menimbulkan rasa malu dan ragu-ragu; (3) Tahap 3 : Initiative vs Guilt (berinisiatif vs bersalah), usia 4-5 tahun.

Pada masa ini anak dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan orang tua, anak dapat bergerak bebas dan ber interaksi dengan lingkungannya. Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif, sebaliknya dapat menimbulkan rasa bersalah; (4) Tahap 4 : industry vs inferiority (percaya diri vs rasa rendah diri), usia 6 tahun – pubertas.

Anak telah dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkan diri memasuki masa dewasa. Perlu memiliki suatu keterampilan tertentu. Bila anak mampu menguasai suatu keterampilan tertentu dapat menimbulkan rasa berhasil, sebaliknya bila tidak menguasai, menimbulkan rasa rendah diri.


Daftar Pustaka

Arya, P.K. 2008. Rahasia Mengasah Talenta Anak. Jogjakarta: Think
Hurlock, Elizabeth B. 1998. Psikologi Perkembangan, terj. Istiwidiyanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga
Anonym. 2007. Prinsip dan Praktek Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat PAUD
Papalia, Diane E, Etc. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan, terjemahan A. K. Anwar). Jakarta: Kencana Prenada Media

Kamis, 01 November 2012

Rajawali dan Buyung

Di Suatu hari yang panas seekor rajawali sangat haus dan ingin minum. Sungai amat jauh dan sangat melelahkan jika terbang ke sana untuk minum. Ia tidak melihat kolam air di mana pun. Ia terbang berputar-putar. Akhirnya ia melihat sebuah buyung di luar rumah. Rajawali terbang turun ke buyung itu. Di sana ada sedikit air di dasar buyung. Rajawali memasukkan kepalanya ke dalam buyung tetapi ia tidak menggapai air itu. Ia memanjat ke atas buyung. Ia memasukkan lagi kepalanya ke dalam buyung tetapi paruhnya tidak bisa mencapai air itu.

Kemudian ia mencari akal.
Rajawali itu terbang tinggi dan kemudian turun menuju ke buyung untuk memecahkannya dengan paruhnya tetapi buyung itu amat kuat. Ia tidak dapat memecahkannya. Rajawali itu keluar terbang kearah buyung kemudian ia menabrakkan sayapnya. Ia mencoba memecahkannya, agar airnya akan keluar membasahi lantai. Tetapi buyung itu amat kuat. Rajawali itu amat letih bila harus terbang lebih jauh lagi. Ia berpikir ia akan mati kehausan.

Rajawali itu duduk termenung di sarangnya. Ia berpikir terus menerus Ia tidak mau mati karena kehausan. Ia melihat banyak batu-batu kecil di tanah. Ia mendapatkan ide. Ia mengambil batu itu dan memasukkannya ke dalam buyung. Ia memasukkan dan memasukkan terus. Air itu naik lebih tinggi setiap kali batu jatuh ke dalam buyung. Buyung itu hampir penuh dengan batu. Air telah naik sampai ke permukaan. Rajawali yang pintar itu memasukkan paruhnya dan ia mendapatkan air. Pepatah mengatakan bahwa “ Jika ada kemauan pasti ada jalan. “ Rajawali itu telah membuktikannya.


Buyung : tembikar penampung air dengan leher sempit