Senin, 29 Agustus 2011

pengertian dongeng


Pengertian DONGENG
PENGERTIAN DONGENG

Dongeng termasuk dalam cerita rakyat lisan. Menurut Danandjaja (1984) cerita rakyat lisan terdiri atas mite, legenda, dan dongeng. Mite adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan dianggap suci oleh yang empunya cerita. Mite ditokohkan oleh para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwanya terjadi di dunia lain, bukan di dunia seperti yang kita kenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau. Sedangkan legenda adalah cerita rakyat yang mempunyai cirri-ciri mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Legenda ditokohkan oleh manusia, walaupun kadang-kadang mempunyai sifat luar biasa dan sering kali dibantu oleh makhluk-makhluk ajaib. Tempat terjadinya adalah di dunia seperti yang kita kenal sekarang, dan terjadinya belum terlalu lampau. Sebaliknya, dongeng adalah cerita rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga dongeng yang melukiskan kebenaran, berisi ajaran moral, bahkan sindiran.


Menurut Anti Aarne dan Stith Thompson, dongeng dikelompokkan dalam empat golongan besar, yaitu :

1. Dongeng binatang

Dongeng binatang adalah dongeng yang ditokohi oleh binatang peliharaan atau binatang liar. Binatang-2 dalam cerita jenis ini dapat berbicara atau berakal budi seperti manusia. Di Negara-negara Eropa binatang yang sering muncul menjadi tokoh adalah rubah, di Amerika Serikat binatang itu adalah kelinci, di Indonesia binatang itu Kancil dan di Filipina binatang itu kera. Semua tokoh biasanya mempunyai sifat cerdik, licik dan jenaka.

2. Dongeng biasa
Dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia atau biasanya adalah kisah suka duka seseorang, misalnya dongeng Ande-Ande Lumut, Joko Kendil, Joko Tarub, Sang Kuriang serta Bawang Putih dan Bawang Merah.

3. Lelucon atau anekdot
Lelucon atau anekdot adalah dongeng yang dapat menimbulkan tawa bagi yang mendengarnya maupun yang menceritakannya. Meski demikian, bagi masyarakat atau orang menjadi sasaran, dongeng itu dapat menimbulkan rasa sakit hati.

4. Dongeng Berumus
Dongeng berumus adalah dongeng yang strukturnya terdiri dari pengulangan. Dongeng ini ada tiga macam, yaitu dongeng bertimbun banyak (cumulative tales), dongeng utk mempermainkan orang (catch tales), dan dongeng yang tidak mempunyai akhir (endless tales)

Pada mulanya kegiatan bercerita atau menuturkan cerita hanya dilakukan dan ditujukan untuk orang dewasa, misalnya para prajurit, nelayan, dan musafir yang sering kali tidur di tenda-tenda. Biasanya yang diceritakan adalah cerita-cerita rakyat yang diturunkan secara turun temurun dari mulut ke mulut.

Na
mun, pada beberapa kebudayaan, para orang tua dan muda berkumpul bersama untuk mendengarkan dongeng yang dibawakan oleh seorang tukang cerita atau pendongeng yang di beberapa kebudayaan biasanya merangkap sebagai tabib. Selain menyampaikan hiburan, pendongeng biasanya juga menyampaikan atau mengajarkan adat kebiasaan dan moral kepada orang muda

Masyarakat Indonesia sudah mengenal dongeng sejak zaman dulu. Di Sumatra misalnya, ada orang yang biasa disebut “pelipur lara”. Pelipur lara adalah punggawa kerajaan yang bertugas menghibur raja, permaisuri, dan anggota keluarga istana lainnya. Di Aceh tukang cerita disebut “pmtoh (kope)”, sedangkan di Jawa ada yang disebut sebagai “tukang kentrung”. Tukang kentrung berkeliling dari satu tempat ke tempat lain sambil membawa semacam tambur yang disebut “terbang”. Di Jakarta (Betawi) ada “syahibul hikayat”. Mereka mendongeng sambil diiringi alat-alat tersebut dan cerita-cerita yang dituturkan biasanya bersifat religius atau magis.

Pada perkembangan selanjutnya, kegiatan mendongeng kemudian diambil alih oleh para pengasuh anak, orang tua, serta nenek dan kakek, terutama sejak ditemukannya mesin cetak pada abad kelima belas atau tepatnya pada tahun 1450, sehingga penuturan cerita yang biasanya dilakukan oleh para penutur cerita tradisional semakin menyurut karena orang mulai membaca buku cerita sendiri.

Kini kegiatan bercerita atau menuturkan cerita secara lisan, yang biasanya dilakukan oleh orang tua kepada anak-anaknya, lebih sering disebut mendongeng. Di Indonesia cerita-cerita yang didongengkan bermacam-macam, bisa berupa mite, legenda, atau dongeng. Cerita-cerita tsb kemudian menjadi bagian dari budaya masyarakat dan kegiatan mendongeng menjadi sebuah tradisi yang diturunkan secara turun temurun. Cerita atau dongeng yang disampaikan biasanya berisi pesan moral dan ajaran-ajaran budi pekerti bagi pendengarnya, dan biasanya disampaikan dengan bahasa kiasan atau dengan kalimat yang diperindah.

Dongeng berkembang terus baik bentuk maupun cirri-cirinya. Beberapa dongeng biasanya dihafalkan oleh si pendongeng hingga ia bisa menceritakannya ulang kepada para pendengar, dan akhirnya pendongeng akan selalu punya keinginan mendongeng. Dongeng itu sendiri banyak ragamnya, tergantung dari latar belakang budaya tempat dongeng itu berada atau berasal. Meski demikian, dongeng tidak seratus persen menjadi cerminan dan karakter masyarakat tempat dongeng itu berkembang. Boleh juga dikatakan dongeng dan mendongeng sebagai cerminan atau jejak akar budaya daerah tempat munculnya kebiasaan-2 dari kehidupan masyarakatnya. Namun, masyarakat di Jepang tidak menganggap cerita di dalam dongeng benar-benar terjadi. Hal ini disebabkan karena dongeng tidak terikat pada tempat dan waktu, dan juga tidak terikat siapa yang harus mendongeng.

Mendongeng harus dilakukan dengan cara-cara yang benar, seperti orang tua yang sedang memberi nasihat atau mengajarkan sesuatu kepada anaknya, yaitu harus dilakukan dengan cara lemah lembut dan penuh kasih sayang. Di beberapa Negara, seperti Indonesia, Jepang, atau Filipina, dongeng seringkali disampaikan dengan menggunakan alat peraga berupa boneka atau wayang (traditional puppet)

Seorang budayawan dan ahli sastra yang peduli akan pelestarian cerita-cerita rakyat, khususnya cerita bagi anak-anak Indonesia, Ibu Faizah Sulaiman Bustam Kamri, menyatakan bahwa sastra rakyat – khususnya sastra lisan – boleh dijadikan sumber pengajaran yang menarik bagi pengajaran bercerita. Di dalam kuliahnya, Ibu Faizah menegaskan bahwa di dalam bercerita juga diperlukan adanya ketertarikan pada sastra, dan kemampuan atau skillyang dimiliki seseorang akan membantu mengalirkan cerita menjadi sastra lisan. Secara tidak langsung penutur cerita dapat disebut sebagai pendongeng, karena biasanya ia sudah mampu untuk menguasai bagian-bagian yang harus dikuasai oleh seorang pendongeng, misalnya mengatur alur cerita dan juga mampu mengatasi emosi para pendengar dongengnya, dan terutama emosinya sendiri.

Hal penting yang akan Anda dapatkan saat mendongeng, yaitu secara tidak sadar Anda akan mengungkapkan imajinasi dan pikiran Anda dengan cara bermain dan gembira. Saat mendongeng, Anda akan dapat menumpahkan perasaan dan emosi positif, menunjukkan jati diri, bersosialisasi, memberikan pengetahuan kepada orang lain, memberikan kegembiraan kepada orang lain, menebarkan pesona yang terpendam dalam diri Anda yang selama ini belum terungkap, dan juga menciptakan pertemuan kecil yang amat bermanfaat.

Khusus bagi anak, dongeng dapat memberikan rangsangan bagi kecerdasan anak, karena melalui kegiatan bermain, bercanda, dan berinteraksi, maka kemampuan berpikir logis dan rasional akan terpacu sehingga membantu percepatan belajar anak (accelerated learning). Dampak positif yang nyata pada anak adalah munculnya perkembangan dan kemampuan emosi (emotional quotion) anak dengan sendirinya (tanpa paksaan) sehingga akan terbentuk sikap kreatif, ramah, mudah bergaul, spontan dalam merespons sekitarnya, dan terbangun empati pada lingkungan dan orang lain yang ada disekitarnya.

Ada baiknya kita menepis kesalahpahaman terhadap dongeng sebagai bualan, omong kosong, atau cerita bohong belaka. Sebaliknya, bila kita menaruh empati dan harapan positif pada dongeng, niscaya kita akan menggali dan mendapatkan manfaat yang berlimpah dari dongeng dan mendongeng.

Setelah memahami arti dongeng dan mendongeng, maka penulis akan mengajak pembaca utk melaksanakan dan merealisasikan keinginan untuk mendongeng yang selama ini terpendam.

Penulis, Kak Agus DS

http://johan-ajis.blogspot.com/2011/08/pengertian-dongeng.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar