Kamis, 09 Juni 2011

BERMAIN PADA ANAK USIA DINI

Tak dapat dipungkiri kalau bermain sangat identik dengan keseharian anak. Tiap harinya sebagian besar waktu mereka dihabiskan untuk melakukan berbagai permainan. Dan bermain ini ternyata mempunyai arti yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka. Melalui bermain anak-anak bereksplorasi, menemukan, dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengannya, sehingga dengan begitu anak sebetulnnya juga tengah belajar.

Arti bermain bagi anak menurut B.E.F Montolalu:
1. Anak memperoleh kesempatan mengembangkan potensi-potensi yang ada padanya.
2. Anak akan menemukan dirinya, yakni kekuatan dan kelemahannya, kemampuan serta minat dan kebutuhannya.
3. Memberi peluang bagi anak untuk berkembang seutuhnya bai fisik, intelektual, bahasa, dan perilaku (psikososial serta emosional)
4. Membiasakan anak untuk menggunakan seluruh panca indranya sehingga dapat terlatih dengan baik.
5. Secara alamiah memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu secara lebih mendalam lagi.

Bermain selain penting bagi perkembangan fisik, kognitif, bahasa, dan sosial emosional anak, juga bermanfaat untuk:
1. Menimbulkan kegembiraan (Karl Buhler & Schank Danziger). Kegembiraan itu menjadi rangsangan bagi terbitnya perilaku lainnya. Misalnya perilaku senang berkreasi. 2. Memicu kreativitas anak.
Dalam lingkungan bermain yang aman dan menyenangkan, bermain memacu anak untuk menemukan ide-ide serta menggunakan daya khayalnya. Saat anak menggunakan daya khayalnya saat bermain, menjadikan mereka lebih kreatif.
3. Mencerdaskan otak anak. Bermain memberi kontribusi pada perkembangan intelektual atau kecerdasan berpikir dengan membukakan jalan menuju berbagai pengalaman yang tentu saja memperkaya cara berpikir mereka.
4. Meningkatkan respons anak terhadap hal-hal baru.
5. Sarana untuk bersosialisasi dan melatih fungsi mental (berpikir, berkhayal, mengingat, atau menegakkan disiplin dengan mentaati peraturan-peraturan dalam permainan)
6. Sarana mengekspresikan perasaan.
7. Membentuk kepribadian anak.
8. Mengembangakan rasa percaya diri. Hal tersebut diperoleh anak manakala dia berhasil menyelesaikan suatu permainan.
9. Bermanfaat menanggulangi konflik. Pada anak usia dini seringkali muncul perilaku seperti tingkah laku menolak, agresif, bertengkar, suka meniru, kerja sama, egois, simpatik, marah, ngambeg, mau menang sendiri, serta keinginan untuk dapat diterima oleh lingkungan sosial di mana mereka berada. Namun pada usia ini ternyata erilaku asosial lebih sering muncul sehingga seringkali terjadi konflik. Dengan bermain, anak-anak yang memiliki perilaku asosial dapat diarahkan untuk menjadi lebih prososial. Permainan sandiwara boneka, dramatisasi bebas, dan bercerita cocok untuk diterapkan dalam menanggulangi konflik yang biasa terjadi.
10. Bermanfaat untuk melatih empati. Empati adalah pengenalan perasaan, pikiran, dan sikap orang lain, atau dapat juga dikatakan pengenalan jiwa orang lain. Empati merupakan faktor yang berperan dalam perkembangan sosial anak karena dengan empati anak akan dapat merasakan penderitaan orang lain.
11. Sebagai sarana hiburan. Dengan bermain anak-anak akan memperoleh kegembiraan.
12. Bermanfaat mengasah panca indra. Tujuannya adalah agar anak menjadi lebih tanggap dan lebih peka pada kejadian disekitarnya.


13. Sebagai media terapi (pengobatan). Sigmund Freud, seorang psikoanalis menggunakan bermain sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah konflik dan kecemasan.
14. Melakukan penemuan. Bermain membuat anak dapat menghasilkan ciptaan baru. Peneuan itu bisa saja sesuatu yang kebetulan atau memang sudah dirancang agar anak dapat menemukan sesuatu sendiri.
15. Menyalurkan energi. Terutama bagi anak-anak yang hiperaktif.

Karakteristik bermain pada anak usia dini:
1. Bermain adalah sukarela. Dikatakan sukarela karena kegiatan ini di dorong oleh motivasi dalam diri anak sehingga akan dilakukan anak kalau dia betul-betul menginginkannya sehingga bermain itu dapat memuaskan diri anak.
2. Bermain adalah pilihan anak. Seorang anak tidak dapat dipaksa untuk bermain sekalipun dengan cara yang halus. Bila itu terjadi maka itu bukan lagi merupakan aktivitas bermain.
3. Bermain adalah kegiatan yang menyenangkan. Itu merupakan syarat mutlak sehingga karenanya anak mau melakukan permainan.
4. Bermain adalah simbolik. Dalam bermain anak tidak selalu harus menggambarkan hal yang sebenaranya.
5. Bermain adalah aktif melakukan kegiatan. Dalam bermain anak-anak bereksplorasi, bereksperimen, menyelidiki dan bertanya tentang manusia, benda-benda, dan kejadian seputar mereka.

Jadi biarkan anak-anak usia dini bermain sesuai dengan perkembangannya. Sebab kalau dunia itu (bermain) dirampas dari mereka dengan cepat maka kelak mereka akan menjadi manusia-manusia dewasa yang kekanak-kanakan.

Referensi:
B.E.F. Montolalu, dkk (2005). Bermain dan Permainan Anak. Jakarta:Universitas Terbuka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar